Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :

Sejarah Kemerdekaan Panjang Lamongan

Sabtu, 10 November 2012

Lamongan - Bagi warga Lamongan, nama Mayangkara mungkin sudah tidak asing lagi sebagai bagian dari sejarah perjuangan melawan agresi militer Belanda. Batalyon 503 atau dikenal dengan nama Mayangkara ini dipimpin Mayor Djarot Soebyantoro dan bermarkas di Mantup pada 5 Mei 1946.

Di dalam batalyon ini juga terdapat perempuan-perempuan pejuang pemberani yang memiliki peran tidak sedikit. Salah satunya adalah Nenek Subekti. Wanita berusia 79 tahun ini merupakan salah satu undangan dalam Upacara Peringatan Hari Pahlawan di Alun-alun Kota Lamongan, Sabtu (10/11/2012).

Kepada wartawan, ketika ditanya perannya saat zaman perjuangan, nenek ini masih bisa mengingat dengan jelas setiap peristiwa yang dialaminya.

Diceritakannya, waktu itu dirinya ikut bergerilya bersama pasukan Djarot sekitar tahun 1948, ketika Belanda masuk ke Lamongan dari Balongpanggang, Gresik.

"Waktu itu saya bersama pasukan lainnya harus lari hingga ke Deket dan bergerilya dari sana," kenang perempuan kelahiran Bojonegoro 4 Maret 1933 silam tersebut.

Dia menyebutkan tugasnya yang kala itu dirinya masih berusia 15 tahun adalah sebagai penghubung antar komando pos gerilya. Nenek Subekti menuturkan, dirinya bertugas sebagai kurir yang mengantarkan surat-surat penting untuk pos pejuang.

"Jika kepergok tentara Belanda yang berpatroli, biasanya saya berpura-pura sedang bermain-main sehingga tidak diperhatikan Belanda," ujarnya.

Waktu itu lanjut dia, yang ada dipikiran hanya melaksanakan perintah untuk membantu pejuang. Sehingga seringkali saat mendapat perintah mendadak dirinya harus pergi sejauh belasan kilometer ke pos gerilyawan di hutan dengan tanpa alas kaki. "Saya sempat mengenyam pendidikan setara SMP di Bojonegoro tapi kemudian bergabung dengan tentara pelajar," kenangnya.

Nama Batalyon 503 ini sendiri diambil dari nama kuda putih pemberian Kepala Desa Mantup kepada Mayor Djarot Soebyantoro ketika memindahkan markasnya ke Mantup/Lamongan pada 5 Mei 1946. Bukan hanya menjadi nama batalyon, bahkan lambang kesatuan ini juga menggunakan kuda putih itu.

Batalyon ini dikenang karena keberaniannya dalam melawan tentara Belanda. Lambang lencana kuda putih Myaangkara ini secara resmi digunakan anggota batalyonnya sejak 7 Agustus 1949.

Dengan seragam dan lencana baru itu, dengan berani, sejumlah 400 anggota batalyon ini melakukan penyusupan ke Kota Surabaya yang menjadi basis kekuatan musuh.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

 

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.