Teliti Sumur Tua dan Benda Purbakala Sukodadi
Selasa, 11 September 2012
LAMONGAN-Lokasi penemuan benda purbakala di Desa/Kecamatan Sukodadi akhirnya disurvei Balai Pelestari Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan, Mojokerto, Senin (10/9/2012).
Dua petugas Adi Suwarso dan Wicaksono Dwi Saputro didampingi staf Dinas Pariwisata Lamongan melihat serta meneliti langsung sumur sekaligus tempat ditemukannya dua benda purbakala berupa batu lingga dan yoni pada Kamis (30/8/2012) lalu itu.
Mereka secara teliti mengamati batu bata merah di lokasi. Mulai besar dan ukuran pastinya serta susunan yang tertata membentuk sebuah bangunan. Sesekali petugas BP3 Trowulan itu meletakkan sebatang kayu bercat hitam putih ke salah satu batu, lalu diabadikan lewat kamera digitalnya. Batang kayu bercat hitam putih dijadikan perbandinga ukuran.
Hampir dua jam lebih petugas peneliti kepurbakalaan itu berada di lokasi penemuan batu lingga yoni di tengah sawah bengkok kepala desa setempat. Sebelumnya mereka juga mengamati batu lingga yoni yang ditempatkan di rumah Kepala Desa Gendut Pramono.
“Sayang tidak ada motif atau tulisan yang bisa dijadikan petunjuk tahun pembuatan, “' kata Adi Suwarso, dari BP3 Trowulan Mojokerto kepada Surya.
Meskipun begitu, menurut Wicaksono Catur Dwi Nugroho, menambahkan, melihat bentuk dan ukuran batu bata merah yang ada di lokasi dimungkinkan benda purbakala ini merupakan peninggalan masa sekitar abad 11 atau lebih tua jaman Majapahit. Bisa kerajaan Kediri atau Airlangga.
Ia menilai melihat di Lamongan sering ditemukan benda purbakala peninggalan dari jaman kerajaan Airlangga, kemungkinan ini juga sisa dari kerajaan Airlangga.
Sementara lokasi penemuan berupa sumber air, Wicaksono menduga tempat itu memang merupakan sumber air untuk penyucian sebelum menjalankan peribadatan. Melihat bangunan terdapat saluran, dimungkinkan sumber air itu besar. Untuk bisa mengetahui pasti perlu adanya penggalian lebih luas dari berbagai penjuru yang berpusat dari sumur yang ada.
]
'”Rasa air sumur beda dengan milik warga. Air di sumur purbakala itu terasa tawar. Sedang air sumur milik warga payau dan cenderung asin. Kita berharap ada kerjasama dengan pihak dinas pariwisata di Lamongan untuk melakukan pengembangan penelitian ini,”ungkapnya.
Sementara itu dari penggalian sebelumnya juga ditemukan pecahan – pecahan guci. Sayangnya pecahan – pecahan itu sulit disatukan dalam bentuknya karena tidak lengkap.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami