Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :

Penyedian Air di Pulau Jawa Berkategori Waspada

Sabtu, 08 September 2012


Jakarta: Status penyediaan air untuk irigasi dan air baku di Indonesia masih berstatus waspada, khususnya untuk Pulau Jawa. Sedangkan untuk daerah lain di Tanah Air sudah mendekati normal karena sudah turun hujan.

"Kekeringan dan status waspada itu hanya untuk Jawa, sedangkan daerah lain seperti Sumatra dan Indonesia Timur sebagian sudah turun hujan, meski masih di bawah normal," kata Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Mohammad Hasan kepada pers di Jakarta, Jumat (7/9).

Namun, kekeringan yang terjadi di Pulau Jawa, lanjutnya, tak hanya diakibatkan oleh alam semata, tetapi karena lonjakan penduduk yang begitu besar. "Jawa itu sudah over (berlebih). Jumlah manusia sudah melebihi daya air yang ada," katanya.

Menurut dia, berdasarkan hasil sensus penduduk 2011, penduduk Pulau Jawa dan Madura hampir 138 juta jiwa atau setara dengan 58 persen dari total penduduk Indonesia. Sedangkan data Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Air di 2012, menyebutkan potensi cadangan sumber daya air Indonesia sebesar 3.900 miliar meter kubik per tahun.

Jumlah itu terbagi pada beberapa pulau. Potensi di Bali dan Nusa Tenggara sebesar 49,6 miliar meter kubik per tahun. Potensi di Sulawesi sebesar 299,2 miliar meter kubik per tahun. Potensi di Kalimantan sebesar 1.314 miliar meter kubik per tahun. Potensi di Maluku sebesar 176,7 miliar meter kubik per tahun. Potensi di Papua mencapai 1.062 miliar meter kubik per tahun.

Pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera menjadi kepulauan yang mempunyai air permukaan sebesar 82 persen dari seluruh air permukaan di Indonesia. Sedangkan Pulau Jawa hanya memiliki air permukaan 4 persen dari seluruh air permukaan tersebut.

"Hanya 4 persen air yang tersebar di Pulau Jawa, serapan dan sebaran air paling besar itu ada di Papua dan Kalimantan, tetapi kita lihat berapa penduduk di sana jika dibandingkan dengan Pulau Jawa yang jumlah penduduknya hampir 60 persen," katanya.

Terkait dengan kondisi pasokan air Jakarta, Hasan melanjutkan, Jakarta terancam kekeringan karena sangat ketergantungan dengan air dari Jawa Barat yang debit airnya makin turun.

"Sifat hujan sampai dengan September 2012 di wilayah Indonesia memang masih di bawah normal khususnya Jawa Barat, sebagian Jawa Tengah, juga sebagian kecil Sumatera. Ini dilihat dari jumlah debit air yang berkurang di waduk besar dan embung," katanya.

Data Kementerian PU menyebutkan, untuk di Jawa Barat, pemantauan dilakukan pada waduk utama seperti Djuanda, Saguling dan Cirata dengan kondisi terjadi penurunan debit air. Volume pemantauan sampai dengan 31 Agustus 2012 tercatat 1.071 juta meter kubik. Kapasitas normal biasanya 1.258 juta meter kubik, sehingga terjadi penurunan debit air sebesar 18 persen.

"Jawa Barat memang waspada, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi Jakarta, karena air Jakarta ya dari Jawa Barat alias Jatiluhur," katanya.

Kondisi pasokan air baku ke Jakarta saat ini hanya tinggal 10 ribu meter kubik atau turun dari kondisi biasanya sebesar 16 ribu meter kubik. Persediaan air baku yang dialirkan dari Waduk Jatiluhur ke berbagai titik termasuk Jakarta adalah 190.000 meter kubik per detik.

Saat ini volume air di Waduk Jatiluhur hanya tersisa setengah miliar meter kubik per detik. Pasokan hanya bisa bertahan hingga Desember 2012. "Jadi, ini masuk dalam tahap waspada dan harus ada efisiensi pemakaian," katanya.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

 

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.