Aji Santoso: Tak Ada Yang Instan Dalam Sepakbola
Selasa, 11 September 2012
Jakarta- Tidak hanya cermat meracik strategi ball possesion di benak pasukan Garuda Muda untuk tampil all out di lapangan. Pelatih Aji Santoso melontarkan dua kritik yang bermuara kepada makna bahwa "tidak ada jalan pintas".
Kritik pertama dilontarkan kepada pengurus dan penanggungjawab Indonesia U-22 agar lebih bersungguh-sungguh menyiapkan tim dengan memperhitungkan waktu persiapan yang memadai untuk mendukung kepaduan kerja sama tim.
"Kami hanya mempersiapkan diri selama 10 hari. Relatif perlu kerja keras untuk memadukan kerja sama tim. Anak-anak tampil luar biasa malam ini. Permainan dua tim saya nilai berimbang," katanya kepada pers Minggu malam (09/9).
Indonesia U-22 harus mengalami kekalahan dari Malaysia U-22 dengan skor tipis 1-0 dalam ajang laga persahabatan SCTV Cup 2012.
Tampil ngotot bak banteng yang siap melabrak lawan, pasukan Garuda Muda menunjukkan gairah keluar menyerang lawan. Alhasil, pasukan asuhan pelatih Harimau Malaya Muda, Ong Kim Swee ekstra kerja keras melapis lini pertahanan.
Komandan lini pertahanan Malaysia, Shahrul Azim tampak terus berteriak menyeru kepada rekan-rekannya agar dapat menghalau kecepatan pergerakan Hendra Bayauw dan kawan-kawan.
Keasyikan menyerang, Indonesia justru kecolongan di menit ke-44. Bek Malaysia Reuben Thayaparan melakukan tendangan keras di luar kotak penalti, dan gol! "Kami menguasai jalannya pertandingan, namun kurang kreatif menyerang. Empat pemain absen. Ini jelas mempengaruhi penampilan kami," kata Aji.
Empat pemain absen yaitu, Andik Vermansyah, yang sedang ke Amerika Serikat, Danny Saputra, Fandi Eko Utomo, dan Bima Ragil yang sedang memperkuat Jawa Timur di ajang PON.
Aji Santoso yang malam itu menerapkan pola 4-4-2 banyak mengandalkan kekuatan lama, seperti penjaga gawang Ajisaka, bek Nurmufid Fastabikhul, gelandang Rasyid Bakri dan striker Agung Supriyanto. Sementara itu, Rasyid kepada wartawan mengaku kekompakan tim memerlukan waktu persiapan.
"Masuknya sejumlah pemain baru untuk menggantikan empat rekan yang absen kali ini, tentu memerlukan adaptasi. Ini jelas perlu waktu," kata Rasyid menegaskan.
Kritik kedua Aji Santoso dialamatkan kepada wartawan. Ada seorang wartawan mengajukan pertanyaan mengenai alur serangan pasukan Garuda Muda yang terkesan kurang bervariasi.
Dengan lugas dan bernas, Aji menjawab, "Ya kalau kalah, tentu pertanyaannya, mengarah kepada mengapa kami kalah. Tentu kami akan memperbaiki dan mengoreksinya di masa depan." Setelah beberapa pertanyaan dijawab Aji, gelaran jumpa pers dinyatakan telah selesai. Dalam hitungan detik, beranjak dari kursi podium jumpa pers, Aji kemudian turun dari panggung.
Ketika hendak keluar dari ruangan jumpa pers, tiba-tiba sejumlah wartawan menyerbu dengan menyorongkan alat perekam kemudian mengajukan pertanyaan.
"Lho, tadi ketika jumpa pers anda tidak bertanya. Oke apa pertanyaannya," kata Aji. Jawabannya pun tegas dan bernuansa kritik kepada diri sendiri.
Satu, dua, tiga, empat sampai tujuh pertanyaan wartawan diladeni Aji soal penampilan anak asuhannya yang disebutnya "kurang kreatif menyerang". Sebuah kritik terhadap diri sendiri meski ada keterbatasan waktu untuk menghimpun dan menyusun skema laga.
Aji mengatakan, "Anak-anak sudah berusaha. Waktu persiapan mereka hanya 10 hari, berbeda dengan tim Malaysia. Bagaimana anak-anak tampil secara maksimal menerapkan skema permainan yang saya harapkan kalau waktu persiapannya demikian singkat?" Nah, puncak jawaban Aji terlontar dalam sebuah kritik diri sendiri yang jitu mengenai meracik sebuah tim yang mutlak memperhatikan sebuah proses, bukan justru memilih jalan pintas.
Kritik Aji "diamini" oleh Ong Kim Swee yang malam itu tampil sebagai pembicara pertama. Dengan tetap rendah hati, pelatih Malaysia U-22 itu mengatakan, "Kedua tim sama-sama tampil menyerang. Hanya saja kami punya waktu persiapan lebih."
Tidak ingin memperoleh hasil instan, itu yang dilakukan dan dikatakan oleh kedua pelatih. Di mata Aji, dari kacamata filosofis, "pengetahuan bagaimana" hanya merupakan penerapan praktis dari apa yang telah diketahui pada tataran pengetahuan.
Dengan melontarkan dua kritik, Aji punya gagasan bernuansa filosofis bahwa, karena seseorang mengetahui bahwa sesuatu itu terjadi sebagaimana adanya, maka ia lalu menerapkan dan menggunakannya untuk melakukan sesuatu.
Sekali lagi, melakukan sesuatu, bukan menjanjikan sesuatu, apalagi mengobral janji.
Ini "sesuatu" untuk Garuda Muda yang disiapkan untuk menghadapi ajang SEA Games 2013. Aji tidak sebatas ciamik mengomando skema operan satu dua yang cepat kepada para pemain muda. Dengan berbesar hati plus keberanian, ia melontarkan kritik diri sendiri.
Untuk berbuat sesuatu perlu lebih dulu mengetahui apa yang harus dilakukan seraya menempuh "trial and error" dengan satu resep saja, yakni keberanian. Inti kritik Aji Santoso, yakni keberanian melakukan sesuatu, dan keberanian mengakui kekurangan.
Kritik Aji Santoso menyasar tidak semata sebagai macan kertas, tetapi sifatnya teruji secara praktis. Pada awal Oktober, para pemain Indonesia U-22 akan berkumpul kembali untuk melakoni pemusatan latihan jelang SEA Games 2013.
"Dimungkinkan masuk dan keluarnya pemain, meski tim yang malam ini tampil akan kami pertahankan di masa depan," kata Aji Santoso.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami