Akibatnya, dunia terutama negara-negara barat memberikan penilaian ”miring” terhadap pesantren. Kondisi ini jelas meresahkan masyarakat dan merusak citra Islam sebagai agama yang membawa misi perdamaian dan mengancam sendi-sendi sosial bangsa.
Demi meluruskan opini sesat tentang pesantren ini, santri Pondok Pesantren (Ponpes) Darul Ma’arif (DARMA) Payaman, Kecamatan Solokuro, Kabupaten Lamongan membuat konsep baru dengan menciptakan film dokumenter tentang kehidupan pelajar, khususnya kalangan santri pesantren.
Sebagai langkah awal, selama empat hari mulai Jum’at – Senin (25 – 28) Januari 2013 lalu, sebanyak 20 santri yang terdiri dari siswa Madrasah Aliyah (MA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Darma diikutkan dalam workshop tentang pembuatan film dokumenter. Pelatihan ini digelar atas kerja sama Yayasan Pondok Pesantren (YPP) Darul Ma’arif Payaman Lamongan dengan Search For Common Ground (SFCG) Indonesia (sebuah organisasi non-pemerintahan (NGO) international yang bergerak dalam bidang perdamaian), The Wahid Institute (WI) Jakarta dan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) Jakarta.
Ketua panitia workshop, Fahed Muhammad Badar Karomi S.Kom mengatakan, pelatihan pembuatan film dokumenter itu merupakan bagian dari tindak lanjut pendirian Radio Komunitas 107,8 DARMA FM, salah satu Radio Komunitas Berbasis Pesantren yang digagas dan didanai ketiga lembaga tersebut. ”Hasil produksi dari para pelajar akan diikutkan dalam Festival Film Dokumenter Pelajar tingkat Nasional yang diikuti oleh 10 pesantren di Indonesia. Darul Ma’arif satu-satunya pesantren di Jawa Timur yang ikut dalam festival tersebut,” ujar Fahed.
Dalam pelatihan ini, para santri diajari berbagai hal mengenai berbagai tahapan pembuatan film dokumenter. Di antaranya mengenai penggalian ide, teknik pengambilan gambar, skenario pembuatan film dokumenter, teknik editing film hingga pengambilan objek film.
Pembuatan film dokumenter tersebut juga bertujuan untuk mempromosikan keragaman sebagai suatu keniscayaan, menggambarkan kisah-kisah positif tentang keragaman untuk membangun optimisme dan mewadahi ide-ide anak muda tentang pentingnya menghargai keragaman.
Diharapkan melalui pelatihan ini, para peserta mampu membuat film dokumenter dan nantinya film yang dihasilkan bisa digunakan untuk kepentingan dakwah tentang pluralisme, keberagaman, nasionalisme, antikekerasan, antikekerasan atas nama agama, kearifan lokal, praktik toleransi beragama, dan langkah yang ampuh untuk membangun perdamaian.
Menariknya, workshop tersebut mendapatkan perhatian khusus dari Director SFCG Regional Indonesia Scott Cunliffe dari London, Inggris dan Lena Slachmuijlder dari Washington DC, Amerika Serikat (USA) selaku Chief Programming Officer for Search for Common Ground Pusat di Amerika Serikat. Keduanya juga bertemu langsung dengan Pengasuh YPP Darul Ma’arif KH. Achmad Rofie’ Rohman. ”Terima kasih banyak buat semua staf dan siswa-siswi Darul Ma’arif atas partisipasi di workshop film documenter ini. Saya sama Ibu Lena sangat bahagia dapat kenal sama kalian semua. Peace…!,” ujar Mr. Scott.
Sementara Miss Lina ketika bertemu dengan KH Achmad Rofie’ juga menyatakan kekagumannya terhadap para santri Darma. ”Anak-anak pintar-pintar dan cerdas sehingga bisa menjadi penerus generasi muda di Indonesia” katanya. (*)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami