Energi seksual adalah kekuatan pendorong umat manusia. Ini pendapat
psikolog Dr Freud dan India Yogi. Namun, banyak psikolog yang mengatakan
bahwa banyak orang yang mengalami kecanduan seks.
Video erotisme dan seksualitas secara luas dimanfaatkan dalam iklan.
Budaya massa menempatkan seks tidak hanya di garis depan, tapi bahkan di
pusat alam semesta. Seks dan kekuatan pendorong libido berubah menjadi
obsesi.
Masalahnya sulit menentukan kapan tepatnya seks berubah dari permintaan
sehat menjadi kekacauan. Para ahli dari Universitas California mencoba
untuk meneliti hal itu. Mereka berpendapat, kecanduan seks harus
ditambahkan ke daftar gangguan mental.
Perwakilan Asosiasi Profesor di Institute Neuroscience dan Perilaku
Manusia, Rory Reid, dalam jurnal Pengobatan Seksual menjelaskan tentang
kriteria evaluasi kecanduan seksual. Ia percaya fantasi seksual
kompulsif, nafsu dan perilaku seks menyimpang adalah sinyal utama
kecanduan seksual yang sulit dikontrol dalam penilaian selama enam bulan
atau lebih. Gejala lainnya termasuk ketidakmampuan seseorang untuk
menolak hubungan seksual dan menggunakan seks sebagai cara untuk
meningkatkan suasana hati seseorang atau mengatasi stres.
Penelitian ini melibatkan 207 pasien dengan diagnosa "kecanduan seks".
Sebagian besar responden menunjukkan gejala-gejala kecanduan seks
tersebut.
Tingkah laku yang termasuk ke dalam kategori kecanduan seksual antara lain:
1. Masturbasi kompulsif (compulsive masturbation).
2. Perselingkuhan berulang-ulang.
3. Hubungan seksual dengan sembarang atau banyak orang (one night stand)
4. Pornografi.
5. Hubungan seksual secara tidak aman.
6. Phone sex/cyber sex.
7. Prostitusi/ menggunakan jasa pekerja seks komersial (PSK).
8. Eksibishionis (dorongan memperlihatkan organ genitalnya di hadapan orang asing)
9. Mengintip orang lain (voyeurism)
10. Kekerasan/pelecehan seksual.
Para sexoholic kerap dipengaruhi oleh kecanduan mereka di
antaranya sulit untuk membangun hubungan yang kuat, kebiasaan yang
menyebabkan masalah di tempat kerja, dan memiliki peningkatan risiko
penyakit seks menular.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami