Jakarta: Pernyataan Sekretaris Kabinet Dipo Alam
menempatkan Partai Golkar sebagai partai politik kader terbanyak yang
tersandung kasus korupsi merupakan bentuk kegerahan istana terhadap
Golkar. Hal itu akan membuat kondisi koalisi akan menjadi panas, karena
menjadikan posisi Golkar tidak nyaman di koalisi.
"Ada kemungkinan presiden sudah siap untuk berpisah koalisi dengan
Golkar. Upaya membuang Golkar dari koalisi sudah lama dilakukan.
Malangnya, situasi dan suasana masih selalu menguntungkan Golkar," kata
Direktur Lingkar Madani Indonesia (Lima) Ray Rangkuti di Jakarta, Senin
(1/10)
Ray menilai, Golkar mengambil banyak keuntungan dari posisinya yang
setengah-setengah di koalisi. "Dia bebas tak sejalan dengan koalisi,
pada saat yang sama juga dapat mengklaim sukses-sukses pemerintah
sebagai suksesnya juga. Nampaknya istana mulai gerah. Dan 'ketegangan'
mulai babak baru," ujar Ray.
Ray mengatakan, penggiringan isu untuk memperlihatkan Partai Golkar, tak
sepenuhnya bersih dari isu korpsi. Dengan begitu, publik mau digiring
ke arah opini bahwa Golkar merupakan partai yang pengurusnya terlibat
banyak tindak pidana korupsi.
Ray mengatakan, memang motif politik kental dalam pernyataan Dipo Alam.
Padahal, lanjutnya, akan lebih bebas nilai jika menyebut nama pelaku
tindak pidana yang dimintakan izin pemeriksaannya kepada Presiden.
Pasalnya, kata Ray, tak sepenuhnya korupsi yang dilakukan pejabat dari
kader parpol tersebut, juga kerja sama dengan kalangan eksekutif yang
tentu berada di bawah koordinasi pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi
di negeri ini, yakni Presiden.
"Memang Presiden pemegang kekuasaan eksekutif tertinggi. Namun, saat ini
kan sudah ada otonomi daerah. Tentu kalau eksekutif daerah
pengawasannya juga harus dilakukan oleh DPRD," katanya.
Sekretaris Kabinet Dipo Alam mengungkapkan data tentang rekapitulasi
izin pemeriksaan tertulis untuk pejabat negara yang diberikan oleh
Presiden, yang kebetulan didominasi oleh Partai Golkar, PDIP dan Partai
Demokrat sama sekali bukan untuk membuka aib orang lain.
"Data ini bukan untuk membuka aib orang. Tapi mari kita sama-sama mengawal anggaran," katanya saat itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami