Kabarlamongan.com: Lamongan- Beberapa kali hujan turun, itu membuat para petani di Kecamatan
Sukodadi, Kabupaten Lamongan tengah memulai musim baru untuk bercocok tanam
padi.
Meskipun demikian, para
petani pun sudah bersabar untuk menanti kedatangan hujan, mengingat sampai
akhir September, tidak ada tanda hujan sedikitpun, barulah memasuki awal bula
November hujan pun mulai turun.
Seperti halnya bagian kolong langit lainnya, cuaca Indonesia secara umum
dipengaruhi letak negeri ini dan dinamika gerak semu tahunan matahari.
Sebagai negara di sekitar garis khatulistiwa yang dikelilingi laut, Indonesia
sangat dipengaruhi embusan sistem angin muson Indonesia (Indo-Australia). Arah
embusan sistem angin ini dikontrol gerak semu tahunan matahari dan
merupakan bagian dari sirkulasi atmosferik meridional yang dikenal sebagai sel
Hadley.
Saat matahari berada di atas belahan bumi utara, terbentuk sel
bertekanan rendah di Asia, sehingga angin muson timur pun berembus dari
Australia ke Asia. Angin ini bersifat kering, sehingga Indonesia
mengalami musim kemarau. Sebaliknya saat matahari di atas belahan bumi selatan,
sel tekanan rendah muncul di atas Australia sehingga berembuslah angin muson
barat yang basah dan menjadikan Indonesia mengalami musim hujan. Namun cuaca
Indonesia tidak hanya bergantung pada sistem angin muson, tetapi juga dinamika
perairan permukaan Samudera Hindia dan Pasifik yang mengapitnya. Ini menyebabkan
musim di Indonesia bisa bergeser ataupun berubah pola, sehingga terjadi anomali
cuaca.
Terdapat tiga faktor anomali cuaca di Indonesia yang semuanya
berupa sirkulasi atmosferik latitudinal, yakni sirkulasi selatan atau ENSO (El
Nino Southern Oscillation), sirkulasi dwikutub atau IODM (Indian Ocean Dipole
Mode) dan sirkulasi MJO (Madden Julian Oscillation). Dalam kondisi normal,
perairan Samudera Pasifik di dekat Indonesia lebih hangat dibanding bagian
lainnya sehingga produksi uap air melimpah yang membuat kelembaban udara
Indonesia cukup tinggi. Dalam kondisi tertentu kumpulan air hangat Samudera
Pasifik dapat bergeser ke timur lebih mendekati benua Amerika. Konsekuensinya kelembaban
udara di Indonesia bakal merosot drastis sebagai El Nino. Jika El Nino
berkombinasi dengan angin muson timur, maka musim kemarau di Indonesia bakal
mencapai puncak kekeringannya.
Inilah yang kini terjadi di Samudera Pasifik. Pengukuran
suhu dengan sensor satelit dan termometer di sejumlah titik memperlihatkan saat ini air
hangat di permukaan Samudera Pasifik (antara garis lintang 5 LU hingga 5 LS)
terkonsentrasi lebih dekat ke benua Amerika, tepatnya di sebelah timur garis
bujur 150 BB. Konsentrasi air hangat ini menjangkau hingga kedalaman 300 m dpl
dengan suhu bervariasi antara 0,5 derajat hingga 3 derajat Celcius lebih tinggi
dibanding sekitarnya. Secara umum angka ini telah
melampaui ambang batas 0,4 hingga 0,5 derajat Celcius di atas normal untuk
kejadian El Nino. Karena itu, Climate Prediction Center NOAA di AS menyatakan
bahwa sejak September 2012 ini berlangsung El Nino lemah yang diprediksi
bakal menerus hingga Januari/Februari 2013 mendatang berdasarkan semua model
prediksi yang diterima pada saat ini.
Dan bersyukur, itulah kata yang bisa diucapkan oleh petani, ketika
awal bulan November mereka sudah bisa memulai bercocok tanam lagi. Itu seperti
yang dijelaskan oleh Ngatemin, salah seorang petani asal Desa Kadungrembug,
Kecamatan Sukodadi. Beliau menjelaskan bahwa petani tulen memang hanya bekerja
sebagai petani, sehingga kalu tidak bisa bercocok tanam, mereka pun tidak bisa
bekerja. “Kami makan apa bila tanah kami tidak bisa kami pakai untuk bercocok
tanam, apalagi tanah kering tiada air,” tutur bapak dua anak tersebut.
“Semoga tahun ini, tanaman padi kami berhasil, sehingga kami
mendapat panen yang melimpah,” harapnya.
Selain itu, pemerintah pun diharapkan tahun ini bisa memberikan
bantuan kepada petani yang lebih maksimal dari tahun kemarin baik berupa
subsidi pupuk, bibit, taupun yang lainnya, sehingga hasil panen pun bisa
maksimal.(Zain)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami