Hasil kesepakatan Joint Committee antara PSSI dan Komite Penyelamat
Sepakbola Indonesia (KPSI) di Malaysia, Kamis (20/9/2012) kemarin, tak
cukup memuaskan semua pihak.
Sebagian kalangan suporter menilai hasil kesepakatan JC belum cukup
tegas untuk mendamaikan kubu yang berseteru. Terbukti ada beda tafsir
antara dua kubu yang berseteru.
Kesepakatan JC menyangkut penyelenggaraan liga, posisi tim nasional,
nasib empat anggota komite eksekutif PSSI yang dipecat, pembuatan
statuta baru, dan pelaksanaan kongres.
"JC kurang tegas, Karena keputusannya sangat mengambang dan terkesan
tanpa keputusan mutlak," kata Vecga Septian, suporter Persebaya
Surabaya.
"Jujur yang utama agak mengecewakan, ketika FIFA dan AFC pada
akhirnya tetap mengakomodir pihak KPSI yang jelas tidak legal," kata
Novi Efroza, suporter Sriwijaya FC Palembang.
Menurut Novi, hasil JC banyak mengakomodasi keinginan dan kepentingan
KPSI. Ia menginginkan kepengurusan PSSI yang baru di bawah Djohar
Arifin diberikan kesempatan bekerja. Ia juga berharap empat anggota
Komite Eksekutif yang dikembalikan posisinya bisa bekerjasama.
Sementara, Helmi Atmaja, suporter PSIS Semarang, berbeda pandangan
dengan Vecga dan Novi. "Walaupun belum maksimal karena tidak memuat
hal-hal yang sifatnya detil, seperti persoalan mengenai kongres dan
kembalinya empat anggota Komite Eksekutif PSSI, pertemuan JC kali ini
patut mendapat apresiasi positif. Ini karena jelas ada kemajuan
dibanding pertemuan sebelumnya," katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami