Sejumlah suporter meminta agar semua pihak yang bertikai tetap
menjunjung tinggi hasil kesepakatan rapat Joint Committee, 21 September
lalu. Jangan ada beda tafsir yang membingungkan publik.
Demikian benang merah pendapat suporter PSIS Semarang Helmi Atmaja,
suporter Sriwijaya FC Novi Efroza, dan suporter Persebaya Surabaya Vecga
Septian.
Beda tafsir langsung muncul antara PSSI dengan Komite Penyelamat
Sepakbola Indonesia (KPSI), terkait status timnas, usai rapat JC. KPSI
menilai, timnas tetap dikelola oleh JC. Sementara PSSI berpendapat,
timnas absah di bawah naungan federasi.
"Seharusnya beda tafsir tidak perlu ada, apabila dari masing-masing
pihak mau berkata jujur dan tak mengingkari apa yg telah disepakati,"
kata Helmi.
Novi berpendapat, beda tafsir terhadap kesepakatan JC akan
memperuncing suasana. Perpecahan antara suporter dan pecinta sepakbola
akan terus terjadi. "Hasilnya sepak bola kita akan terjun ke dalam
jurang kehancuran teramat dalam," katanya.
Vecga Septian memperkirakan, beda tafsir hanya akan membuka babak
baru kisruh PSSI-KPSI. Solusinya mudah dan sudah tepat dilakukan oleh
PSSI. "Melalui website resmi PSSI, sudah diunggah bukti otentik
pertemuan JC. Seharusnya, tak ada lagi pelintiran berita," katanya.
Sementara itu, Helmi mengingatkan, AFC sudah mengeluarkan surat yang
menegaskan bahwa timnas tetap berada di bawah naungan PSSI. Dalam surat
yang ditandatangani Sekretaris Jenderal AFC Dato' Alex Soosay, Tim
Nasional Indonesia harus berada di bawah PSSI.
Lengkapnya pernyataan tersebut dalam bahasa Inggris adalah: 'We would
also like to confirm our view that the Indonesian national team must
come under the sole jurisdiction of the PSSI'.
Helmi berharap, usai rapat JC, PSSI, KPSI, dengan didampingi
perwakilan AFC dan FIFA melakukan jumpa pers bersama untuk menyampaikan
hasil pertemuan. "Dari sini akan jelas terlihat hal-hal yang detil dan
kemungkinan dipelintir akan lebih kecil," katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami