Yogyakarta: Dosen Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Agus Kuncaka
membuat dan mengembangkan pupuk berbahan biochar atau arang yang mampu
menyerap karbon di udara.
"Jadi, pupuk dengan nama Slow Release Organic Paramagnetic (SROP) itu
tidak hanya mampu memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah,
tetapi juga dapat menyerap karbon," kata Agus Kuncaka di Yogyakarta,
Rabu (26/9).
Menurut dia, pupuk tersebut cocok jika dipakai di daerah perkebunan
kelapa sawit. Sejumlah negara di kawasan Eropa dan Amerika menuding
industri kelapa sawit Indonesia banyak menyumbang emisi karbon dari
lahan gambut dan pemupukan urea di kawasan perkebunan tersebut.
"Mereka melakukan aksi boikot impor terhadap produk industri kelapa
sawit Indonesia yang dianggap sebagai pengotor dunia. Emisi karbon yang
dilepas dari lahan gambut dan pemupukan urea di perkebunan Kalimantan
diperhitungkan dapat mengotori atmosfer setara dengan pemakaian bahan
bakar minyak (BBM) di Amerika selama dua tahun," katanya.
Ia mengatakan penggunaan pupuk SROP dalam pertanian maupun perkebunan
dapat sebagai pengendali lingkungan karena pupuk itu mampu membuat
neraca karbon negatif. Dengan kata lain pupuk SROP berfungsi sebagai
pembersih udara, sehingga peredaran emisi karbondioksida dari industri
perkebunan dan pertanian dapat berkurang.
Pupuk SROP secara molekular mampu mendukung terbentuknya sistem
kesetimbangan kimia dari nitrogen udara ke arah pembentukan amonium dan
ion nitrat secara mikrobiologi yang sekaligus dapat menghambat pelepasan
amonia (NH3) dan nitrogen oksida (N20).
Pupuk itu juga dapat mendukung terbentuknya sistem reaksi radikal air
yang dapat mempercepat pembentukan lignin, sehingga pertumbuhan tanaman
dapat dipacu. Pupuk itu juga berfungsi sebagai sistem pelepas lambat ion
amonium dan nitrat ke tanaman.
"Secara molekular pupuk itu juga mampu menangkap asam humat dan menahan
air dengan maksimal," kata Agus yang juga Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum dan Pengembangan Sumber Daya Fakultas MIPA UGM.
Menurut dia, proses pembuatan pupuk SROP tergolong sederhana. Awalnya
dilakukan karbonisasi massa atau pengarangan dari limbah pertanian
maupun perkebunan. Setelah diarangkan kemudian diaktifkan dengan larutan
elektrolit.
"Selanjutnya diberi penambahan protein dari limbah peternakan maupun
pertanian yang siap untuk digunakan sebagai pupuk. Pupuk SROP tersusun
dari nitrogen, fosfor, potassium oksida, karbon organic, air, dan
material paramagnetik," katanya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami