Cabang Futsal dan Sepak Bola Tuntut PB PON
Senin, 17 September 2012
Pekanbaru: Perangkat pertandingan cabang olahraga (cabor) sepak bola dan futsal menuntut Panitia Besar (PB) PON XVIII/2012, di Pekanbaru, Riau, Senin (17/9). Para Wasit dan hakim garis ini kecewa karena hak mereka diabaikan PB PON Riau. Cabang olahraga yang difavoritkan itu pun hampir tidak berjalan lancar.
Intervensi Deputi Sekjen Bidang Kompetisi sekaligus menjabat Koordinator perangkat pertandingan sepakbola dan futsal PON XVIII, Shaleh Islmail Mukadar, dituding menjadi penyebab kacaunya pertandingan. Paling tidak ada dua laga sepak bola yang dibuat berantakan yakni Jambi melawan Sulawesi Tenggara, dan Jawa Tengah kontra Kalimantan Timur. Shaleh memerintahkan perangkat pertandingan untuk tidak menggelar laga itu.
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Djohar Arifin Husin malah lepas tanggung jawab. Pihak PSSI menarik mundur 75 perangkat pertandingan cabang sepak bola dan futsal dari PON XVIII/2012 pekan lalu. PB PON XVIII cari jalan keluar dan berkoordinasi dengan wasit yang memimpin laga Indonesia Super League (ISL) dan Divisi Utama.
Untuk itu PB PON Riau berurusan dengan Jimmy Napitupulu yang merupakan anggota Komite Wasit PSSI yang dipimpin La Nyalla Mattalitti. Beberapa laga futsal dan sepak bola pun digelar hingga menuju babak semi final. Ironisnya, hak para wasit dan hakim garis ini tidak dipenuhi PB PON XVIII sepenuhnya.
"Cabor futsal sudah selesai. Tapi PB PON belum juga menyelesaikan hak kami, termasuk soal akomodasi kami bisa sampai ke Riau. Apa salahnya kami menuntut hak setelah kewajiban kami kerjakan," kata Jimmy yang kini menjabat sebagai Koordinator perangkat pertandingan cabor sepakbola dan futsal PON XVIII.
Tak hanya itu, mereka pun meminta PB PON XVIII menjelaskan apa saja yang menjadi hak mereka sebagai perangkat pertandingan futsal dan sepakbola PON XVIII.
"Contoh saja soal uang tugas. PORDA saja perangkat pertandingan itu mendapatkan uang harian dan tugas. Tapi, di PON XVIII kami hanya mendapatkan uang harian," ungkap Jimmy.
"Belum lagi soal akomodasi kami ke Riau. Tiket harga Rp4 juta hingga Rp6 juta, mereka hanya mau ganti Rp2,5 juta. Mereka minta bantuan kami dalam kondisi mendesak, tapi dibantu kenapa malah jadi begini," tambah Jimmy.
Permasalahan ini kemudian berakhir dengan perundingan damai antara kedua pihak. Jimmy dan rekan-rekannya berharap PB PON XVIII dapat memenuhi haka para perangkat pertandingan futsal dan sepakbola tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)



0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami