Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :

Konsep Dasar IPS

Jumat, 10 Februari 2012

Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar IPS

A. Sebutkan nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam pembelajaran IPS?

Nilai-nilai yang wajib dikembangkan dalam pembelajaran IPS :
·         Nilai edukatif
·         Nilai praktis
·         Nilai teoritis
·         Nilai filsafat
·         Nilai ketuhanan


1.      NILAI EDUKATIF

Salah satu tolok ukur keberhasilan pelaksanaan pendidikan IPS adalah adanya perubahan tingkah laku sosial peserta didik kearah yang lebih baik.

Menanamkan perasaan, kesadaran, penghayatan, sikap, kepedulian dan tanggung jawab sosial melalui pendidikan IPS, fakta sosial diproses melalui metode dan pendekatan IPS untuk membangkitkan sikap + di atas.

Sikap positif diatas terus dikembangngkan dalam pendidikan IPS untuk mengubah perilaku peserta didik kearah kerja sama, gotong royong, dan membantu pihak2 yang membutuhkan.

Proses pembelajaran IPS tiidak hanya terbatas di kelas dan sekolah pada umummnya melainkan lebih jauh dari itu dlaksanakan dalam kehidupan praktis sehari-hari

2.      NILAI PRAKTIS

Pelajaran dan pendidikan tidak memiliki makna yang baik jk tidak memiliki nilai praktis.

Pokok bahasan IPS tidak hanya konsep teoritis belaka, tapi digali dari kehidupan sehari2 (disesuikan dg umur dan kegiatan siswa)

Pengetahuan IPS bermanfaat scra praktis dalam kehidupan masa depan

3.      NILAI TEORITIS

Pendidikan IPS tak hanya menyajikan fakta & data yang terlepas tp menelaah keterkaitan suatu aspek kehidupan sosial dng lainnya

Dibina +dikembangkan kemampuan nalar kearah sense of rality, sense of discovery, sense of inquiry, kemampuan mengajukan hipotesis trhadap suatu masalah.

Dalam menghadapai kehidupan sosial yang berubah ini kemampuan berteori sangat berguna dan strategis. Disini pendidikan membina dan mengembangkan.

4.      NILAI FILSAFAT

Menumbuhkan kemampuan merenungkan keberadaannya dan peranannya di tengah masyrakat shingga tumbuh kesadaran mreka slaku anggota msyarakat. Atau sebagai makhluk social

5.      NILAI KETUHANAN

Selaku guru IPS harus menyadari bahwa materi proses pembelajaran apapun pada pendidikan IPS wajib berlandaskan nilai ketuhanan.

Kekaguman akan ciptaa-Nya akan menumbuhkan rasa syukur kepadaNYA ssebagai kunci kebahagiaan manusia lahir dan bathin.


B. Sebutkan dan jelaskan perbedaan obyek kajian dari ilmu-ilmu sosial!

a.   Kajian Ontologi IPS
Menurut Jujun S. Suriasumantri, (2005: 94), bahwa ilmu-ilmu sosial berkembang agak lambat dibanding dengan ilmu-ilmu alam. Pada pokoknya terdapat cabang utama ilmu-ilmu sosial yakni antropologi (mempelajari manusia dalam perspektif waktu dan tempat), psikologi (mempelajari proses mental dan kelakuan manusia) ekonomi (mempelajari manusia dalam memenuhi kebutuhan kehidupannya lewat proses pertukaran), sosiologi (mempelajari struktur organisasi sosial manusia) dan ilmu politik (mempelajari sistem dan proses dalam kehidupan manusia berpemerintahan dan bernegara).
Cabang utama ilmu-ilmu sosial di atas, kemudian mempunyai cabang-cabang lain seperti antropologi terpecah menjadi lima, yakni: Arkeologi, antropologi fisik, linguistik, etnologi dan antropologi sosial/kultural (Jujun S. Suriasumantri, 2005: 95).
b.   Kajian Epistomologi IPS
Ilmu sosial adalah ilmu yang mempelajari manusia dalam segala aspek hidupnya, ciri khasnya, tingkah lakunya, baik perseorangan maupun bersama, dalam lingkup kecil maupun besar. Objek material ilmu sosial lain sama sekali dengan objek material dalam ilmu alam. Objek material dalam ilmu sosial adalah berupa tingkah laku dalam tindakan yang khas manusia, bebas dan tidak deterministik (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 49).
Kajian yang berbeda-beda terhadap ilmu merupakan konsekuensi dari perbedaan objek formal. Objek ilmu sosial yaitu manusia sebagai keseluruhan. Penelitian dalam ilmu sosial juga menimbulkan perbedaan pendekatan. Dalam ilmu manusia praktek ilmiah sebagai aktivitas manusiawi merupakan juga objek penelitian ilmu manusia, misalnya psikologi, psikis, sosiologis, dan sejarah. Spesifikasi ilmu sejarah adalah data peninggalan masa lampau baik berupa kesaksian, alat-alat, makam, rumah, tulisan dan karya seni, namun objek ilmu sejarah tidak dapat dikenai eksperiment karena menyangkut masa lampau. Kondisi tersebut yang mempengaruhi kemurnian objek manusiawi berkaitan dengan sikap menilai dari subjek penelitian, maka objektivitas ilmu sejarah sebagai ilmu kemanusiaan (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 2007: 51).
Klaim terhadap ilmu-ilmu sosial kadang dinilai gagal dalam menangkap kekomplekan gejala, didasarkan pada kegagalan dalam membedakan antara pernyataan beserta sistematika yang dipakai dengan gejala sosial yang dinyatakan oleh pernyataan tersebut. Tidak semua argumentasi tentang kerumitan gejala sosial yang menyebabkan ketidakmungkinan ilmu-ilmu sosial.
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2006: 143), rangkaian argumentasi yang lain didasarkan pada tuduhan bahwa metode keilmuan tidak mampu untuk menangkap “keunikan” gejala sosial dan manusiawi. Penelaahan sosial tertarik kepada keungikan tiap-tiap kejadian sosial, padahal metode keilmuan hanya mampu mensistematikan berdasarkan generalisasi, maka keadaan ini menyebabkan harus ditetapkannya metode yang lain dalam ilmu-ilmu sosial.
Menurut Jujun S. Suriasumantri (2006: 134), objek penelaahan ilmu sosial mempunyai karakter di bawah ini:

1) Objek Penelaahan yang Kompleks
Gejala sosial lebih kompleks dibandingkan dengan gejala alam. Ahli ilmu alam berhubungan dengan satu jenis gejala yakni gejala yang bersifat fisik. Gejala sosial juga mempelajari karakteristik fisik namun diperlukan penjelasan yang lebih dalam untuk mampu menerangkan gejala tersebut. Guna menjelaskan hal ini berdasarkan hukum-hukum seperti yang terdapat dalam ilmu alam tidaklah cukup.
Ahli ilmu alam berhubungan dengan gejala fisik yang bersifat umum. Penelaahannya meliputi beberapa variabel dalam jumlah yang relatif kecil yang dapat diukur secara tepat. Ilmu-ilmu sosial mempelajari manusia selaku perseorangan maupun selaku anggota dari suatu kelompok sosial yang menyebabkan situasi yang bertambah rumit. Variabel dalam penelaahan sosial adalah relatif banyak. Apabila seorang ahli kimia mencampurkan dua buah zat kimia dan meledak, hal itu dapat dijelaskan dengan tepat dalam ilmu alam, namun apabila terjadi kejahatan, maka kajiannya terdapat faktor yang banyak sekali untuk dijelaskan. Faktor-faktor penjelas yang dimaksud antara lain, apa latar belakang kejahatan, bagaimana latar belakang psikologi orang, mengapa harus memilih melakukan kejahatan dan sebagainya. Tingkat-tingkat kejadian suatu peristiwa sosial selalu menyulitkan ahli ilmu sosial untuk menetapkan aspek-aspek apa saja yang terlibat, pola pendekatan mana yang paling tepat dan variabel-variabel apa saja yang termasuk di dalamnya.
2) Kesukaran dalam Pengamatan
Pengamatan langsung gejala sosial lebih sulit dibandingkan dengan gejala ilmu-ilmu alam. Ahli ilmu sosial tidak mungkin melhat, mendengar, meraba, mencium atau mengecap gejala yang sudah terjadi di masa lalu. Serorang ahli pendidikan yang sedang mempelajari sistem persekolahan di zaman penjajahan dulu tidak dapat melihat dengan mata kepala sendiri kejadian-kejadian tersebut. Keadaan ini berbeda dengan seorang ahli kimia yang bisa mengulang kejadian yang sama setiap waktu dan mengamati suatu kejadian tertentu secara langsung.
3) Objek Penelaahan yang Tak Terulang
Gejala fisik pada umumnya bersifat seragam dan gejala tersebut dapat diamati sekarang. Gejala sosial banyak yang bersifat unik dan sukar untuk terulang kembali. Abstraksi secara tepat dapat dilakukan terhadap gejala fisik melalui perumusan kuantitatif dan hukum yang berlaku umum. Masalah sosial sering kali bersifat spesifik dan konteks historis tertentu. Kejadian tersebut bersifat mandiri. Bervariasinya kejadian-kejadian sosial ditambah dengan sulitnya pengamatan secara langsung waktu penelaahan dilakukan menyebabkan sukarnya mengembangkan dan menguji hukum-hukum sosial.
4) Hubungan antara Ahli dan Objek Penelaahan Sosial
Gejala fisik seperti unsur kimia bukanlah suatu individu melainkan barang mati. Ahli ilmu alam tidak usah memperhitungkan tujuan atau motif dari planet. Ahli sosial mempelajari manusia yang merupakan makhluk yang penuh tujuan dalam tingkah laku. Manusia bertindak sesuai dengan keinginannya dan mempunyai kemampuan untuk melakukan pilihan atas tindakan yang akan diambilnya. Hal ini menyebabkan manusia dapat melakukan perubahan dalam tindakannya. Kondisi ini menyebabkan objek penelaahan ilmu sosial sangat dipengaruhi oleh keinginan dan pilihan manusia maka gejala sosial berubah secara tetap sesuai dengan tindakan manusia yang didasari keinginan dan pilihan tersebut.
Ahli ilmu alam menyelidiki proses alami dan menyusun hukum yang bersifat umum mengenai proses. Ahli ilmu alam tidak bermaksud untuk mengubah alam atau harus setuju dan tidak setuju dengan proses tersebut. Ahli ilmu alam hanya berharap bahwa pengetahuan mengenai gejala fisik dari alam akan memungkinkan manusia untuk memanfaatkan proses alam. Ahli ilmu sosial tidaklah bersikap sebagai penonton yang menyaksikan suatu proses kejadian sosial.
Ahli ilmu alam mempelajari fakta dan memusatkan perhatiannya pada keadaan yang terjadi pada alam. Ahli ilmu sosial juga mempelajari fakta umpamanya mengenai kondisi-kondisi yang terdapat dalam suatu masyarakat. Peneliti mencoba untuk tidak terlibat dalam pola yang ada di masyarakat, namun kadang peneliti kemudian mengembangkan materi berdasarkan penemuannya tersebut untuk dapat diaplikasikan kepada masyarakat.
Perbedaan-perbedaan secara epistemologi tersebut dapat dijadikan asumsi bahwa pada pengkajian ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial tidak dapat disamakan. Metode dalam pengkajian ilmu-ilmu alam berbeda objeknya sehingga akan menyebabkan perbedaan cara pengkajian.
c.   Kajian Aksiologi PIPS
Pendidikan selalu merupakan penyiapan peserta didik bagi peranan di masa yang akan datang. Dengan demikian, pendidikan seharusnya selalu mengantisipasi keadaan masyarakat masa depan. Perubahan keadaan masyarakat masa depan yang berlangsung dengan cepat mempunyai beberapa karateristik umum yang dapat dijadikan petunjuk sebagai ciri masyarakat di masa depan yaitu:
1) Kecenderungan globalisasi yang makin kuat
2) Perkembangan iptek yang makin cepat
3) Perkembangan arus informasi yang makin padat dan cepat
 4)Kebutuhan/tuntutan peningkatan layanan professional dalam berbagai segi  kehidupan manusia.

Keseluruhan hal di atas telah mulai tampak pengaruhnya masa kini, serta diperkirakan akan makin penting peranannya di masa depan. Masyarakat masa depan dengan ciri globalisasi, kemajuan iptek, dan kesempatan menerima arus informasi yang padat dan cepat, dan sebagainya,telah memerlukan warga yang mau dan mampu menghadapi segala permasalahan serta siap menyesuaikan diri dengan situasi baru tersebut. Pendidikan berkewajiban mempersiapkan generasi baru yang sanggup menghadapi tantangan zaman baru yang akan datang.
Pengembangan pendidikan dalam masyarakat yang sedang berubah dengan cepat haruslah dilakukan secara menyeluruh dengan pendekatan sistematik. Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya merupakan kunci keberhasilan bangsa dan negara Indonesia dalam abad 21 yang akan datang untuk itu diperlukan:
1) Tuntutan bagi manusia masa depan.
2) Upaya mengantisipasi masa depan, utamanya yang berhubungan dengan perubahan nilai dan sikap sebagai manusia modern, pengembangan kehidupan dan kebudayaan, serta pengembangan sarana pendidikan.
Kecerdasan Majemuk ( Multiple Intellegences)
Dalam diri manusia terdapat potensi-potensi yang dapat memberikan gambaran tentang kecerdasan yang dimiliki masing-masing. Seorang anak belum tentu memiliki kecerdasan yang sama dengan anak yang lain. Namun terkadang orang tua belum dapat memberikan ruang untuk mengakomadasi bakat dan kecerdasan yang dimiliki oleh anaknya. Kecerdasan yang dimaksud adalah kecerdasan majemuk atau lebih sering disebut dengan multiple intelligences, yang mana konsep Multiple Intelligences juga mengajarkan kepada anak bahwa mereka bisa belajar apapun yang mereka ingin ketahui. Apapun yang ingin diketehuinya itu dapat ditemui di dalam kehidupan nyata yang dapat mereka alami sendiri. Sementara, bagi orangtua maupun guru, yang dibutuhkan hanya kreatifitas dan kepekaan untuk mengasah kemampuan anak. Mengandung pengertian bahwa orang tua maupun guru juga harus mau berpikir terbuka, keluar dari paradigma tradisional. Sesungguhnya ‘ruang kelas’ terbesar untuk belajar sebenarnya sudah tersedia. Dunia adalah ruang belajar itu. Untuk mengembangkan kecerdasan unik anak-anak lewat konsep ini, yang dibutuhkan sebenarnya sudah tersedia di lingkungan sekitar. Di sekolah, anak bisa diajak keluar kelas untuk mengamati setiap fenomena yang terjadi di dunia nyata. Sementara di rumah, anak bisa memanfaatkan benda-benda dan materi di sekitar rumah.
Menurut Vernon A. Magnesen (1983:27), melalui pemanfaatan lingkungan sekitar untuk membantu proses belajar ini, dijelaskan bahwa kita sebenarnya mendapat pengetahuan dari apa yang kita baca (10%), dari apa yang kita dengar (20%), dari apa yang kita lihat (30%), dari apa yang kita lihat dan dengar (50%), dari apa yang kita katakan (70%) dan dari apa yang kita katakan dan lakukan (90%). Belajar dengan menggunakan teori kecerdasan ganda bukan cuma menegaskan “it’s how smart they are” tapi “It’s how they are smart!” Bukan ‘seberapa pintar anak’ tapi ‘bagaimana mereka bisa menjadi pintar’.
Menurut Howard Gardner (1999:83), terdapat 9 (Sembilan ) kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang tersimpan dalam otak manusia yakni:
a. Visual/spatial (Cerdas Gambar/Picture Smart)
Anak belajar secara visual dan mengumpulkan ide-ide. Mereka lebih berpikir secara konsep (holistik) untuk memahami sesuatu. Kemampuan untuk melihat ‘sesuatu’ di dalam kepalanya itu mampu membuat dirinya pandai memecahkan masalah atau berkreasi.
b. Verbal/Linguistic (Cerdas Kata/Word Smart)
Anak belajar lewat kata-kata yang terucap atau tertulis. Kecerdasan ini selalu mendapat tempat (unggul) dalam lingkungan belajar di kelas dan tes-tes gaya lama.
c. Mathematical/Logic (CerdasLogika-Mateamatik/Logic Smart)
Anak senang belajar melalui cara argumentasi dan penyelesaian masalah. Kecerdasan ini juga pas ditampilkan di dalam kelas.
d.   Bodily/Kinesthetic (Cerdas Tubuh/Body Smart)
Anak belajar melalui interaksi dengan satu lingkungan tertentu. Kecerdasan ini tak sepenuhnya bisa dianggap sebagai cerminan dari anak yang terlihat ‘sangat aktif’. Kecerdasan ini lebih senang berada di lingkungan dimana ia bisa memahamisesuatu lewat pengalaman nyata.
e.   Musical/Rhithmic (Cerdas Musik/Music Smart)
Anak senang dengan pola-pola, ritmik, dan tentunya musik. Termasuk, bukan hanya pola belajar auditori tapi juga mempelajari sesuatu lewat indetifikasi menggunakan panca indera.
f.    Intrapersonal (Cerdas Diri/Self Smart)
Anak belajar melalui perasaan, nilai-nilai dan sikap.
g.   Interpersonal (Cerdas Bergaul/People Smart)
Anak belajar lewat interaksi dengan orang lain. Kecerdasan ini mengutamakan kolaborasi dan kerjasama dengan orang lain.
h.   Naturalist (Cerdas Alam/Nature Smart)
Anak senang belajar dengan cara pengklasifikasian, pengkategorian, dan urutan. Bukan hanya menyenangi sesuatu yang natural, tapi juga senang menyenangi hal-hal yang rumit.
i.    Existential (Cerdas Makna/Existence Smart)
Anak belajar sesuatu dengan melihat ‘gambaran besar’, “Mengapa kita di sini?” “Untuk apa kita di sini?” “Bagaimana posisiku dalam keluarga, sekolah dan kawan-kawan?”. Kecerdasan ini selalu mencari koneksi-koneksi antar dunia dengan kebutuhan untuk belajar.
C. Sebutkan Keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran IPS !

Keterampilan atau kemampuan yang harus dikuasai guru dalam pembelajaran IPS :

Ø  Keterampilan dasar mencakup keterampilan mengamati gejala sosial yang selalu berubah, mengumpulkan dan menyeleksi informasi, dan mengikuti instruksi yang sudah tersusun.
Ø  Keterampilan melakukan proses ilmiah meliputi menginferensi dan menyeleksi berbagai cara/prosedur.
Ø  Keterampilan investigasi adalah keterampilan inkuiri berupa merencanakan dan melaksanakan serta melaporkan hasil investigasi terhadap materi pembelajaran dari dalam/luar kelas, termasuk fenomena sosial.

Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

 

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.