• Redaksi
  • Hubungi Kami
    • Kabarlamongan.com
    • Contact on Facebook
    • Contact on Twitter
    • Pusatnya Undangan Unik
  • Lamongan Online
  • Persela
  • Hukum Kriminal
  • Politik
  • Sosial Budaya
  • Selebritis
  • Religia
  • Hot
  • Lensa
    • Pendidikan
    • Kesehatan

Berita Lamongan Terkini

Portal Berita Kabupaten Lamongan dan Sekitarnya

Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :
skip to main | skip to sidebar

Cerpen : Dik Narti

Jumat, 15 November 2013

“Kang, pokoknya saya ingin menjadi caleg lagi,” kata Narti dengan nada merayu.
“Jangan, Dik Narti! Jangan mencalon mendaftar sebagai caleg lagi. Kita sudah tidak punya apa-apa,” ungkap Parlan melarang istrinya yang masih bersikukuh ingin mencalonkan diri sebagai calon anggota legislatif.
Suami istri ini setiap hari selalu beradu sikap. Narti yang tahun lalu sudah gagal menjadi anggota legislatif tetap ngotot ingin mencalonkan diri lagi. Sedangkan suaminya sudah tidak menghendaki lagi istrinya maju sebagai calon anggota legislatif.
“Kita sudah tidak mempunyai modal lagi. Sawah, kebun, bahkan mobil yang baru lunas kreditannya sudah lenyap untuk modal pencalegan kamu lima tahun yang lalu. Kalau kamu ngotot ingin maju lagi, saya tidak mampu,” kata Parlan memberikan penjelasan kepada Narti yang duduk murung di sampingnya.
Narti diam. Ia masih tetap berusaha mencari cara meluluhkan hati suaminya agar merestuinya mendaftar menjadi caleg lagi. Wanita setengah baya namun penampilannya masih seperti gadis remaja ini menggeser tempat duduknya. Ia lebih mendekat kepada suaminya. Tangannya yang lembut mencoba membelai rambut suaminya yang sebagian menutupi dahinya. Namun dengan cepat tangan suaminya menolak belaian tangan istrinya. Rupanya Parlan sudah mengetahui akal bulus istrinya yang ingin meluluhkan hatinya.
“Kenapa, Kang?” tanya Narti.
“Aku tahu maksudmu membelai rambutku. Engkau pasti ingin meluluhkan hatiku agar aku bersedia merestui pencaleganmu. Tidak Dik Narti. Sekali tidak tetap tidak. Aku sudah kapok dengan pencalganmu pada pemilu yang lalu.”
“Jangan putus asa, Kang! Memang tahun lalu saya kurang beruntung. Pemilu tahun ini saya yakin pasti menang.”
“Heh, menang? Jangan bermimpi, Dik Narti! Yang menyebabkan seseorang akan memenangkan pemilihan calon legislatif itu bukan kecantikan atau kepintaran. Uang yang akan berbicara. Semakin banyak uang yang dikeluarkan, semakin besar peluang seseorang menjadi anggota legislatif.”
Sesaat suasana hening. Kedua orang yang berbeda sikap ini mencari dasar untuk memenangkan debat. Narti yang keranjingan menjadi anggota legislatif terus melancarkan jurus-jurunya untuk menaklukkan hati Parlan, suaminya. Parlan sendiri tidak tinggal diam. Ia mencari jurus jitu untuk menyadarkan istrinya agar tidak nekat mendaftar sebagai caleg lagi.
Bagi seorang suami seperti Parlan, memang sangat keberatan merestui istrinya menjadi calon anggota legislatif. Selain masalah dana, juga menyangkut masalah harga diri sebagai suami. Seorang suami merasa tidak mempunyai harga diri jika istrinya sering keluar dengan rekan satu partai yang kebanyakan laki-laki. Dan ini sudah terbukti pada pemilu sebelumnya. Narti sering mengadakan pertemuan dengan sesama caleg dari satu partai kemudian mereka berkunjung ke daerah-daerah yang menjadi basis pemilihnya. Tengah malam atau bahkan dini hari Narti baru pulang dengan diantar rekan-rekannya yang mayoritas laki-laki itu. Hal seperti ini masih sangat tabu bagi masyarakat awam yang tinggal di perdesaan yang mayoritas nilai religinya masih sangat kental.
“Sudahlah, Dik Narti, jangan berpikir lagi tentang caleg! Lebih baik kita memikirkan bagaimana membiayai dua anak kita yang kini masih duduk di bangku perkuliahan. Mereka butuh dana banyak untuk menyelesaikan studinya.”
“Urusan biaya kuliah mereka kita pikirkan nanti saja. Yang terpenting bagaimana kita mempunyai dana untuk pencaleganku ini.”
“Lagi-lagi caleg, lagi-lagi caleg! Aku tidak mau mendengar kata-kata itu lagi. Kamu ini wanita, tidak baik terlalu disibukkan urusan-urusan begitu!”
“Lha, kenapa tahun lalu Kakang merestuiku menjadi caleg?”
“Waktu itu aku terpaksa menurutimu hingga kurela menjual semua yang kita miliki. Tapi apa hasilnya? Kau kalah dan hampir saja kau putus asa dengan mencoba bunuh diri.”
“Ya. Itu dulu karena aku ditipu oleh tim suksesku. Mereka yang kupercaya dan kuserahi dana untuk dibagikan kepada calon pemilih, malah diembat sendiri. Tetapi, Kang percayalah! Saya sekarang sudah menemukan trik untuk memenangkan pencaleganku. Saya sudah memasang calon tim sukses di tiap-tiap desa.”
“Punya tim sukses sekecamatan sekalipun, aku tetap tidak mengizinkanmu maju lagi. Titik!”
Parlan tetap bersikukuh mempertahankan sikapnya yang tidak merestui istrinya menjadi caleg. Dia sudah kapok meuruti kemauan istrinya seperti pemilu lalu sehingga tidak mau terjerumus pada kesalahan yang serupa.
***
Semenjak Parlan tidak mengizikan Narti maju dalam pemilu, Narti sering duduk menyendiri di bawah teras rumahnya. Wanita setengah baya yang biasanya berpenampilan seperti gadis remaja ini sudah mulai dimakan kekecewaan. Kulit wajahnya sudah tidak terawat lagi. Guratan-guratan usia di wajahnya terlihat jelas bahwa dia bukan lagi seorang gadis remaja. Dia kini tampak seperti aslinya, wanita setengah baya yang sudah mempunyai dua anak remaja yang kini masih duduk di bangku perkuliahan.
Pada selembar kertas dia menulis sajak. Sajak tentang harapan yang terhalang sang suami. Dia menulis, “Matahari tidak akan berhenti menyinari alam. Dia tidak akan putus asa oleh gumpalan mendung yang menutupi wajahnya. Demikian halnya diriku, yang akan tetap memancarkan sinar di panggung kampanye nanti. Hai, rakyatku! Akulah ratu keadilan yang akan membawa kalian mentas dari kesengsaraan. Akulah ratu kebenaran yang akan selalu menyinari kegelapan dalam kehidupan. Akulah angin yang selalu siap memberikan hembusan nafas segar demi terwujudnya cita-cita kalian menjadi warga yang hidup dalam keadilan, adil dalam kesejahteraan. Coblos aku, Narti!”
“Min, tolong kemari!” Narti memanggil pesuruhnya.
“Ada apa Bu Narti?” tanya Satimin.
“Ini fotokopikan menjadi dua ratus lembar. Pasang di pohon-pohon pinggir jalan dan tiang-tiang listrik atau di tempat keramaian,” perintah Narti sambil menyodorkan kertas yang bertuliskan sajak kampanye.
“Inggih Bu Narti!” Satimin menimpali perintah Narti sambil manggut-manggut.
Sajak Narti yang ditulis sekenanya sudah beredar ke mana-mana. Di setiap desa terpasang selebaran yang berisi ambis Narti menjadi caleg pada pemilu tahun ini. Di sana sini terlihat warga bererumun. Mereka membicarakan ulah Narti yang dinilai ganjil.
Parlan, suami Narti, terkejut saat melihat ada selebaran istrinya yang tertempel di tiang listri di tikungan jalan dekat pasar. Dia lantas bertanya kepada warga yang kebetulan rumahnya dekat dengan tempelan selebaran siapa yang telah menempelkannya.
Parlan lantas mencari Satimin. Ia melihat lelaki kepercayaannya ini sudah berada di rumah bersama Narti. Parlan tertegun melihat sikap istrinya yang berlaga seperti orang yang sedang  berkampanye.
Wanita setengah umur itu berdiri tegak sambil mengepalkan tangan kanannya ke atas. Tangan kirinya memegang selembar kertas yang berisi sajak kampanye.
“Dik Narti, apa yang Kau lakukan?” tanya Parlan sambil menangis.
“Hai, rakyatku! Akulah ratu keadilan yang akan membawa kalian mentas dari kesengsaraan. Akulah ratu kebenaran yang akan selalu menyinari kegelapan dalam kehidupan. Akulah angin yang selalu memberikan hembusan nafas segar demi terwujudnya cita-cita kalian menjadi warga yang hidup dalam keadilan, adil dalam kesejahteraan. Coblos aku, Narti” seru Narti.
Narti tetap bersemangat membacakan sajaknya. Dia tidak menggubris pertanyaan suaminya yang menangis di sampingnya. Parlan pun merangkul tubuh Narti lalu menuntunnya masuk ke rumah.
Saat di papah suaminya, Narti tetap bersemangat membacakan sajak itu. Dia hilang kesadaran karena keinginannya maju dalam pemilu legislatif tahun ini terhalang oleh sikap suaminya yang sudah trauma pada pemilu sebelumnya.
Wanar, 29 Oktober 2013
*Cerpenis adalah guru SMA Raudlatul Muta’allimin Babat
yang sedang menempuh S-2 di Unisda Lamongan
tinggal di Wanar, Pucuk, Lamongan

 
Selngkapnya di http://kabarlamongan.com/dik-narti-cerpen-ahmad-zaini/
9 total views, 9 views today
Alexa Certified Traffic Ranking for kabarlamongan.com
Prev







Most view article

  • Jk : Indonesia Adalah Negara Menengah - 126 Views

  • 40 Guru Dapatkan Pelatihan Koperasi - 105 Views

  • BPW Oi Jatim Gelar Muswil III, Abdus Salam Masuk Kandid - 103 Views

  • Takut Dimarahi Orang Tua, Beberapa Siswa Kepergok Nge-G - 99 Views

  • WNI Korban Tewas Asal Lamongan Dipulangkan KBRI Malaysi - 89 Views

software penambah saldo rekening setiap hari

No Responses

Leave a Reply

Logged in as admin. Log out?

  • Popular
  • Comments
  • Tags
  • No image found
    Pengedar Uang Palsu Tertipu Oknum Yang Mengaku Polisi
    Posted on: 4 November 2013
  • No image found
    WNI Korban Tewas Asal Lamongan Dipulangkan KBRI Malaysia
    Posted on: 6 November 2013
  • korban-rampoik-spbu
    Ditodong Uang 142 Juta Lenyap
    Posted on: 6 November 2013
  • dinas kesehatan lamongan
    Dokumentasi : Ribuan Siswa Ikuti Sikat Gigi Massal
    Posted on: 7 November 2013
  • persela-lamongan
    Persela : Kami Tidak Punya Tunggakan Gaji Pemain
    Posted on: 7 November 2013

Archives

  • November 2013
  • October 2013

Categories

  • Bola
  • Ekonomi
  • Hukum Kriminal
  • Internasional
  • Kesehatan
  • Kiriman Anda
  • Lifestyle
  • Olahraga
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Peristiwa
  • Politik
  • Religia
  • Selebritis
  • Sosial Budaya
  • Teknologi
  • Tokoh
Tweet
Share this Article on :
Admin Unknown di 09.48
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Bagikan ke XBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Cerpen

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)

Berita Terpopuler

  • Jingah Tanaman beracun(kontak langsung)
    Jingah Jingah Nah bagi masyarakat banjar (kalimantan selatan) tentunya sudah sangat familiar dengan pohon jingah (Gluta renghas) yang sri...
  • Costas Terancam Absen Lawan SFC
    Kabarlamongan.com: Lamongan-  Bermodalkan hasil imbang 1-1 lawan Pelita Bandung Raya (PBR) di laga terakhir di Stadion Surajaya, Lamongan...
  • Memasang Widget Google Translate di Blog
    Sesuai dengan namanya. Widget ini berfungsi untuk menerjemahkan bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Dengan memasang widget ini, maka pengu...
  • Lowongan Kerja Bank Syariah Mandiri
    Lowonngan Kerja Bank Syariah Mandiri - PT Bank Syariah Mandiri ( BSM ) is the Indonesian larget Islamic based banking companies. BSM oper...
  • WARRIOR
    Dated Released : 7 October 2011 Quality : DVDScr AC3-INF Info : www.imdb.com/title/tt1291584 IMDB Rating : 8.3 (8,363 users) Star : Tom...

Sosial Budaya

More on this category »
 
Kirimkan artikel, berita daerah, puisi, cerpen atau karya anda ke email kami kabarlmg2012@gmail.com

Label

  • Lamongan Online
  • Koran Jatim
  • Hukum
  • Selebritis
  • Info Pendidikan
  • Lifestyle
  • Teknologi
  • Berita Islam
  • Ekonomi
  • Cerpen

Dari Redaksi

Kirimkan artikel, berita daerah, puisi, cerpen atau karya anda ke email kami kabarlmg2012@gmail.com
  • Home
  • Lamongan Online
  • Persela
  • Hukum Kriminal
  • Politik
  • Sosial Budaya
  • Selebritis
  • Religia
  • Hot

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.