Kabarlamongan.com: Lamongan- “Aku dan pengasuh anak yatim kelak berada di surga.” (HR Bukhari). Demikianlah sabda Rasulullah SAW mengapresiasi para pengasuh yatim.
Sesungguhnya yatim itu, kata Pembina Pesantren Motivasi Anak Yatim
Ustaz Nurul Huda Haem, secara syar’i, kata yatim merujuk pada anak yang
tidak memiliki ayah sedangkan piatu adalah anak yang ditinggalkan oleh
ibunya. “Sayangi mereka layaknya menyayangi anak kandung sendiri,”
katanya.
Sosok yang akrab dipanggil Gus Enha menyitir sebuah riwayat tentang
perhatian Rasul kepada yatim. Rasul menemui seorang anak yang menangis
ketika Idul Fitri.
Rasul bertanya pada si anak, “Mengapa kamu menangis? Si anak pun
menjawab karena ia tidak seperti teman sebayanya yang memiliki ayah dan
memberikan mereka baju baru. “Ayahku gugur di medan perang,” kisah sang
anak.
Kemudian, Rasul pun mengatakan, “Bagaimana jika Muhammad menjadi
ayahmu, Aisyah menjadi ibumu, dan Hasan Husein menjadi saudaramu?”
Seketika itu, si anak menyadari bahwa yang berada di hadapannya
adalah Rasulullah. “Dia pun sangat berbahagia,” kata Gus Enha
mengisahkan ekspresi sang anak dalam riwayat tersebut.
Kisah tersebut mengandung pelajaran bagaimana Rasulullah memberikan
teladan agar umatnya tidak hanya sekadar menyantuni anak yatim. Tetapi,
juga menggantikan tanggung jawab orang tuanya agar mendapatkan hak yang
sama dengan anak pada umumnya yang memiliki orang tua lengkap.
Setidaknya, ada dua tuntunan Islami, kata Gus Enha, dalam rangka
memuliakan anak yatim. Pertama, terhadap anak yatim yang memiliki harta.
Bagi mereka yang diserahkan tanggung jawabnya untuk menjaga anak
yatim dan hartanya, mereka wajib menjaga dengan hati-hati. Jangan sampai
mereka malah justru menyalahgunakan harta tersebut.
Bagi anak yatim yang tidak memiliki harta sehingga membutuhkan
santunan orang lain, biasanya ada baitulmal yang bertanggung jawab.
Tetapi, masa sekarang tanggung jawab itu biasanya dikelola oleh yayasan
atau lembaga yatim tertentu.
Ia mengatakan, yayasan wajib memberikan hak anak yatim berupa
santunan yang diterima untuk kebutuhan hidup dan pendidikan hingga dia
mampu berdiri sendiri.
Perbuatan baik pada anak yatim tidak sekadar kafalah atau santunan.
Apalagi, sebatas berlomba-lomba mengumpulkan yatim pada 10 Muharram,
memberikan santunan, elus kepala mereka, kemudian selesai. “Santunan
hanya sebagian kecil,” tuturnya.
Menurut Gus Enha, santunan hanya akan melemahkan mentalitas anak
yatim sebagai penerima. Padahal, hak yang seharusnya mereka terima tidak
hanya santunan, tetapi kasih sayang, pendidikan, dan keahlian untuk hidup lebih baik pada masa depan.
Selain itu, tujuan pendampingan bagi anak yatim adalah agar anak
memiliki ilmu dan akhlak agar hidup sesuai tuntunan Islam. “Hak mereka
terjaga iman dan Islamnya,” ujarnya.
Memuliakan anak yatim, ungkap Gus Enha, memiliki banyak faedah dan
hikmah. Di antaranya, terjaminnya masa depan yatim dan bagi para
penyantun, akan mendapatkan pengakuan sebagai orang yang tidak
mendustakan agama.
Selain itu, Allah SWT berjanji bagi mereka yang mau memelihara anak
yatim, akan mendapatkan kemudahan menjalani hidup yang terjal.
Karena itu, Ketua Ikatan Dai Indonesia (IKADI) Ustaz Ahmad Satori
Ismail mengatakan, memuliakan anak yatim tidak bergantung pada waktu.
Tetapi, sepanjang hari dan sepanjang waktu.
Menyayangi anak yatim diartikan tidak hanya dengan mengelus kepala anak yatim. Juga menyayangi dengan memberikan kebutuhannya.
Ia menilai, pemberian santuan merupakan hal yang paling ringan untuk
diberikan kepada anak yatim. Tetapi, tidak cukup dengan itu. Curahkan
pula kasih sayang kepada mereka. “Seperti anak sendiri,” ujarnya.
Guru besar Ilmu Komunikasi dan Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ini mengatakan, tak sedikit Muslim atau lembaga dan yayasan yang dapat
memelihara mereka.
Tetapi, lembaga dan yayasan tersebut harus mampu mengelola santunan agar segala kebutuhan anak yatim terpenuhi.
Satori menegaskan, yang terpenting adalah mendampingi mereka agar
kejiwaan mereka normal, sempurna, dan tidak minder seperti anak pada
umumnya. Begitu juga dengan masa depannya agar terjamin.
Ia mengingatkan anak yatim harus mendapatkan bekal keahlian dan ilmu
yang sama sehingga mampu memiliki masa depan yang cerah. Berbahagialah
para pengasuh yatim. Allah menjanjikan surga dan menyediakan kemudahan
di dunia.(Rep/Ding)
Selengkapnya di http://kabarlamongan.com/maukah-anda-bersama-rasul-di-surga/
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami