Kabarlamongan.com: Lamongan- Sedikitnya lahan di 10 kecamatan, Kabupaten Lamongan, terserang hama wereng jenis wereng coklat. Luas lahan di 10 kecamatan yang terserang wereng pun terus meluas. Hingga saat ini, serangan wereng telah menghancurkan lahan seluas 2.246,4 hektare.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan, hingga pertengahan Juli, 10 kecamatan yang terserang wereng, masing-masing adalah Kecamatan Turi, Pucuk, Lamongan, Kalitengah, Babat, Deket, dan Sekaran, Maduran, Laren, serta Kecamatan Sukodadi.
Dari 10 kecamatan itu, total serangan mencapai 2.246,4 hektare (ha). Sementara serangan terluas berada di wilayah Kecamatan Turi dengan tanaman padi rusak mencapai 814 ha. Akibat serangan ini, seluas 98 ha di antaranya gagal panen.
Atas serangan ini, Pemkab setempat langsung menggalakkan pembasmian hama dengan cara organik. Penggunaan pertanian model organik juga disosialisasikan langsung Bupati Lamongan, Fadeli. Pada kesempatan itu, Fadeli meminta petani untuk mengganti pestisida pembasmi hama wereng dengan agen hayati jenis beauveria.
"Saya minta petani menggunakan pupuk nonkimia agen hayati jenis beauveria, agar padinya tahan serangan hama wereng yang saat ini menyerang sebagian lahan pertanian di Lamongan," kata Fadeli, Selasa (16/7).
Fadeli meminta penggunaan pupuk organik atau bahan nonkimia dalam mengolah pertaniannya untuk menghindarkan serangan hama wereng cokelat yang terjadi di wilayah itu.
Dikatakannya, penggunaan bahan alami seperti agen hayati akan membantu menguatkan padi terhadap serangan hama wereng, khususnya wereng coklat. Meski demikian, penggunaan agen hayati harus telaten, dan tidak bisa melakukan sekali penyemprotan, melainkan tiga kali.
Penyemprotannya dilakukan saat tanaman di persemaian berusia 15 hari, kemudian usia 20 hari, serta di usia tanam 40 hari.
Dikatakan Fadeli, bahan nonkimia agen hayati merupakan produk yang dikembangkan Dinas Pertanian dan Kehutanan Lamongan melalui semacam jamur yang menjadi musuh alami wereng.
"Kalau kita menggunakan zat kimia, hama wereng coklat akan membentuk kekebalan tubuh dan sulit dibasmi," katanya.
Terpisah, Kabag Humas dan Infokom Mohammad Zamroni menyatakan, penggunaan agen hayati mulai padi di persemaian hingan panen hanya dibutuhkan 6-8 liter setiap hektare.
“Dengan biaya yang dikeluarkan antara Rp 100 ribu hingga Rp 120 ribu. Bandingkan dengan harga obat-obatan kimia yang harganya ada yang diatas Rp 100 ribu untuk kemasan 500 ml,” ungkapnya.(Gus/Ant)
Terserang Hama, Petani Lamongan Terancam Gagal Panen
Rabu, 17 Juli 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami