"Peningkatan produktivitas garam juga tak terlepas dari inovasi terpalisasi tambak yang disinergikan dengan Pugar dan didukung potensi lahan garam rakyat seluas 350 hektar (ha) dengan produksi mencapai 30.000 ton per tahun," kata Suyatmoko kepada wartawan yang tergabung dalam KOMUNIKAN di Lamongan, Senin (27/05/2013).
Sinergi kedua program tersebut, jelasnya, dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam, baik untuk kebutuhan konsumsi dan industri sehingga produk garam ini mampu menjadi alternatif komoditas unggulan, selain perikanan di wilayah Lamongan.
Pada kesempatan ini Biyati Ahwarumi, putri KH Abdul Ghaffur pengasuh Ponpes Sunan Drajat yang dipercaya memimpin perusahaan pengolahan garam ‘Samudra’ mengatakan, ayahnya sebagai pengasuh pesantren ber komitmen dalam memberdayakan para santrinya untuk mengembangkan jiwa wirausaha, selain mempelajari ilmu agama.
Menyadari hal itu, Betty pun bertekad untuk meningkatkan produksi dan pemasaran garam buatan perusahaannya. “Alhamdulillah kami berhasil memproduksi garam kemasan dua ton perhari dan dikemas perpak masing-masing 20 bungkus berisi 200 gram dengan harga jual Rp6500 perpak," tuturnya.
Dari penjualan itu, lanjut Betty, omzet yang diperoleh perbulan sekitar Rp 80juta hingga Rp 85 juta per bulan. Untuk ke depan pihaknya menargetkan produksi sekitar 10 ton perhari dan memperluas pemasaran yang saat ini masih sebatas di pasar-pasar di Lamongan, Gresik, dan Tuban.
“Sambil menunggu proses perijinan, SNI, ijin BPOM, dan Barcoden kita terus berusaha memperluas pemasaran," pungkas Betty.(Ful)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami