Kabarlamongan.com: Sun’ah, S.Pd, M.Pd, Kader NU yang menjadi Kabid PEP Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan
Dengan posisinya sebagai Kabid Perencanaan dan Evaluasi Pendidikan (PEP) di Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan, Sun’ah, S.Pd, M.Pd berharap lembaga Maarif NU mampu berprestasi.
Taufiq Zain, Lamongan
Terlihat suasana serius di kantornya, beberapa stafnya matanya pun tak lepas dari laptop yang ada di depannya. Namun tak kalah sibuk juga sosok kader NU tersebut di kantor khususnya sembari memegang pena sambil sesekali minum kopi yang disediakan disampingnya. Memang hamper setiap hari waktunya dihabiskan di meja berukuran kecil salah satu ruang lantai dua di kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan.
Pria yang berdomisili di Desa Sumberagung, Kecamatan Sukodadi, Kabupaten Lamongan itu memang dikenal sebagai sosok pemikir. Tak heran, karena setelah menjadi salah satu kepala sekolah yang terpilih mendapat undangan ke istana presiden beberapa tahun lalu, namanya semakin melejit di dunia pendidikan Kabupaten Lamongan.
Ketika ditanya pendidikan di Maarif, beliau menjelaskan bahwa dengan jumlah lembaga pendidikan maarif yang menjacapi 677, seharusnya mampu mewarnai prestasi pendidikan di Lamongan. “Sudah saatnya kita ini jadi pemenang,” tuturnya.
Lebih jauh lagi, mantan pendidik di SMP Negeri Kedungpring tersebut mengkritik mengenai metode kepemimpinan yang ada di LP Maarif NU yang terkesan bersifat kekeluargaan, dalam tanda kutip nepotisme. “Sudah tidak menjadi rahasia lagi, kalau ketua yayasan anaknya pasti menjadi staff atau karyawannya,” jelasnya.
“Okelah jika keluarga bisa masuk ke lembaga, tapi harus sesuai bidang yang mereka geluti,” keluhnya.
Tidak hanya itu, lanjut beliau, salah satu kunci untuk menjadikan lembaga sekolah sukses yaitu melalui metode kepemimpinan kepala sekolah.
“Kunci menjadikan lembaga berprestasi yaitu melalui kepala sekolah, dimana seorang pimpinan yang harus memahami wewenangnya dan wewenang yayasan,” tambahnya.
Memang pria yang pernah sepuluh tahun mengemban amanat menjadi kepala sekolah di SMA Siman Jaya tersebut sudah pernah membuktikannya sendiri. Dengan metode kepemimpinannya, segudang prestasi telah berhasil disabet, 60 penghargaan nasional, 3 penghargaan internasional, serta 15 kali penghargaan lokal. Maka tidak heran jika beliau menyebutkan bahwa sosok pimpinan mampu merubah kondisi sekolah.
Selain kepala sekolah, tambahnya, faktor kesejahteraan guru juga dirasa penting. “Kalau gurunya sudah sejahtera, saya yakin guru akan ikhlas ketika melakukan transfer ilmu kepada siswanya,” lanjutnya.
Lembaga sekolah Maarif, sebenarnya oleh pendiri secara tulus di niatkan untuk mengabdi kepada masyarakat, namun proses regenerasi tersebut mengakibatkan perubahan tujuan. Beliau menyebutkan saat ini banyak lembaga yang lebih mengutamakan kemegahan gedung, sehingga pihanknya bersih keras untuk berkontrak dengan partai politik. “Kalau sudah begitu, pasti sekolah tidak barokah lagi,” candanya.
“Barokah memang tidak bisa dirasakan dalam satu dua tahun, akan tetapi barokah baru bisa dirasakan lima sampai sepuluh tahun yang akan datang,” jelasnya.
Beliau menuturkan lebih suka lembaga dengan sedung sederhana, akan tetapi guru ikhlas mengajar, serta kesejahteraannya terjamin, sehingga outpunya anak didik akan memeperoleh keberhasilan. “Anak didik dan guru harus kita utamakan terlebih dahulu,” tegasnya.
Pada akhir pembicaraan, beliau berharap lembaga Maarif akan semakin baik. “Saatnya menjadi juara,” harapnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami