BISA sejak lama telah digunakan untuk membuat obat.
Tetapi bahan kimia yang terkandung di dalamnya sering kali terlalu
berbahaya untuk dikonsumsi manusia.
Namun, sebuah penelitian yang diterbitkan jurnal Nature Communications menunjukkan ular dan kadal "menarik kembali" zat racun dan memanfaatkannya dengan aman di bagian tubuh lain.
Para ilmuwan mengatakan zat racun yang dimanfaatkan kembali ini bisa
dijadikan obat yang aman dan efektif. Mereka membandingkan genom
ular-ular dan kadal berbisa untuk mengetahui proses evolusi bisa.
Menurut mereka, proses yang terjadi sangat dinamis. Proses ini
melibatkan pembentukan bahan kimia bisa dalam evolusi dan kemudian
diadopsi oleh beberapa bagian tubuh untuk kepentingan-kepentingan lain.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa evolusi bisa merupakan proses yang
sangat rumit," kata salah seorang peneliti, Dr Nicholas Casewell dari
Liverpool School of Tropical Medicine.
Dia mengatakan bisa tampaknya berkembang menjadi banyak fungsi baru, kemungkinan bertujuan untuk mengatasi serangan lawan.
"Kelenjar bisa pada ular tampak sebagai tempatnya berbagai perkembangan
fungsi baru molekul, sebagian di antaranya ditarik kembali ke dalam bisa
untuk membunuh musuh, sedangkan lainnya berkembang menjadi fungsi baru
di dalam jaringan lain di tubuh," tambahnya.
Hati dan urat-urat darah merupakan salah satu sasaran bisa ular ketika
menyerang musuh. Para peneliti mengatakan tantangan yang ada sekarang
adalah mengatasi dampak racun dari toksin.
"Ini berarti bahwa para pengembang obat harus memodifikasi toksin untuk
mempertahankan daya yang ada dan membuatnya aman untuk digunakan dalam
obat," kata Dr Casewell.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami