Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :

Papol Bukan Kekuatan Utama Lagi

Senin, 24 September 2012

Jakarta: Kemenangan pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Jokowi-Ahok) dalam putaran kedua Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta menegaskan pelemahan peran partai politik (parpol). Musababnya parpol telah terjebak menjadi kultus pribadi.

"Kita bergerak selama 12 dalam posisi stagnan yaitu demokrasi kultus. Di mana partai identik dengan tokoh. Jadi, Partai Gerindra identik dengan Ketua Dewan Pembina Prabowo Subianto, PDIP dengan Megawati Soekarnoputri, Hanura dengan Wiranto, dan lainnya. Artinya demokrasi yang belum terlembaga, masih primitif, dan partai menjadi alat kekuasaan yang akibatnya mesinnya mudah rusak," ujar pengamat politik Charta Politika Yunarto Wijaya di Jakarta, Ahad (23/9).

Menurut dia, gejala itu sudah berlangsung sejak 2005 di mana parpol di posisi sekunder di bawah dominansi ketokohan. Keterikatan konstituen dengan partai sangat rendah.

Artinya, tambah Yunarto, kepatuhan terhadap pilihan partai rendah karena tidak ada fungsi rekrutmen, regenerasi, dan komunikasi politik. Rekrutmen didasari oleh kekuatan kapital, regenarasi hanya milik dinasti, dan komunikasi terjadi saat awal pemilu. "Akibatnya mesin parpol menjadi lemah tidak bergerak," kata Yunarto.

Pada putaran kedua Pilgub DKI Jakarta, pasangan Jokowi-Ahok bergerak dengan dukungan dua parpol, yakni PDIP dan Gerindra. Adapun Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli didukung belasan parpol, termasuk sejumlah partai besar seperti Partai Demokrat, Partai Golkar, PPP, PKS, PAN, dan PKB.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

 

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.