Kelompok Teroris Solo Latihan Militer di Gunung Merbabu
Rabu, 05 September 2012
Jakarta: Terduga teroris Farhan cs pernah latihan militer di Gunung Merbabu, Jawa Tengah, sekitar Juni 2012. Hal itu terungkap dari pemeriksaan terduga teroris Solo yang ditangkap, Bayu Setiono.
"Mereka telah merencanakan dengan melakukan pelatihan-pelatihan, terungkap dari proses pemeriksaan dari pengembangan penyidikan, pelatihan dilakukan di wilayah Gunung Merbabu, Boyolali, dan Surakarta," kata Kepala Biro Penerangan Masyarakat Polri Brigjen Pol Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (4/9).
Boy mengatakan, pelatihan diikuiti sejumlah orang. Namun ia enggan memastikan siapa saja yang terlibat dalam pelatihan itu. Menurut Boy, pihaknya kini tengah menelusuri sumber dana pelatihan. Termasuk kemungkinan pelaku terkait dengan tersangka teroris Rizky Gunawan, yang meretas situs perusahaan MLM untuk mencari dana.
Dana yang dikumpulkan Rizky digunakan untuk mendanai sejumlah aksi teror, di antaranya peledakan bom di Gereja Bethel Injil Sepenuh (GBIS) Kepunton, Solo, pada 25 September 2011. Rizky juga dinyatakan mendanai kegiatan pelatihan militer di Poso dan pembelian senjata api. Ia ditangkap Densus 88 di Stasiun Gambir, Jakarta, Mei 2012.
Densus 88 menyergap tiga terduga teroris di Jalan Veteran, Solo, Jumat pekan lalu. Dua terduga teroris, Farhan dan Muksin, tewas dalam penyergapan tersebut. Sementara Bayu ditangkap hidup di rumah mertuanya di Karanganyar.
Polri menyatakan ketiga orang tersebut adalah pelaku teror yang terjadi di Solo selama Agustus 2012. Terjadi tiga kali penyerangan dalam kurun waktu tersebut.
Pertama, penembakan terjadi di Pos Pengamanan Lebaran Simpang Gemblengan pada 17 Agustus 2012. Kemudian di Pos Pengamanan Bundaran Gladak, Jalan Jenderal Sudirman, esok harinya. Dua polisi mengalami luka tembak dalam kejadian tersebut.
Penyerangan kembali terjadi di Pos Polisi Singosaren, Jalan Rajiman, Serengan, Solo, 20 Agustus. Seorang anggota polisi Bripka Dwi Data Subekti tewas. Polri menyatakan kelompok ini merupakan jaringan Filipina yang bergabung dengan kelompok Abu Sayyaf.
Sejauh ini, motif pelaku diketahui sebagai balas dendam terhadap polisi. Mereka tidak terima polisi menangkap dan menahan sejumlah pelaku teror lainnya. Mereka menginginkan Polri membebaskan seluruh tahanan teroris tersebut.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami