Holtikultura Impor Meningkat
Sabtu, 29 September 2012
Surabaya- Komoditas hortikultura melalui Pelabuhan Tanjung Perak semakin meningkat, jika Juli lalu terjadi peningkatan hingga 51 persen maka di Bulan Agustus naik lagi menjadi 13 persen ini membuat Tanjung Perak semakin menjadi bidik para importir khusu hortikultura.
Dari catatan manajemen Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya hingga bulan Agustus 2012 sedikitnya 52.180 Teus produk hortikultura yang masuk lewat Tanjung Perak. Dibandingkan periode yang sama terjadi kenaikan hingga 13 persen.dimana tahun lalu angka importir hortikultura sekitar 46.047 Teus.
"Peningkatan itu terlihat di Terminal Petikemas Surabaya (TPS) yang merupakan pintu masuk hortikultura impor di Pelabuhan Tanjung Perak. Namun tetap peningkatan terbesar terjadi bulan Juli lalu, saat itu hampir 10.000 Teu’s kontainer hortikultura yang melalui Pelabuhan Tanjung Perak,” kata Direktur Operasi dan Teknik PT Pelindo III (Persero), Faris Assagaf, Komisi VI DPR RI, Jumat (28/9/2012).
Peningkatan hortikultura impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak terjadi hampir di seluruh komoditas buah dan sayur. Komoditas buah misalnya, hingga pertengahan bulan September telah tercatat sebanyak 54.867 Ton Apel, 50.635 Ton Jeruk, dan 37.467 Ton Pear yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak. Sedangkan untuk sayur, komoditas yang paling banyak di impor adalah Bawang Putih sebanyak 197.832 Ton.
"Dari data yang kami terima dari Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya, total buah dan sayuran impor yang masuk melalui Pelabuhan Tanjung Perak hingga pertengahan bulan September mencapai 423.006 Ton," tambahnya.
Terjadi lonjakan impor Hortikultura ini juga membuat Komisi VI DPR RI, Aria Bima, yang berkunjung ke Tanjung Perak kaget dan mempertanyakan kesiapan Pelabuhan Tanjung Perak dalam menghadapi lonjakan hortikulura impor paska pemberlakuan Permentan 89 tahun 2011. Menurutnya keberadaan fasilitas penanganan hortikultura impor sangat diperlukan guna menjamin keamanan produk pangan impor yang masuk ke Indonesia.
"Pengawasan sangat diperlukan guna menjaga keamanan produk impor bagi masyarakat, apakah produk itu bebas dari bakteri, virus, dan parasit-parasit lainnya sebelum beredar di kalangan masyarakat," akunya.
Pelabuhan Tanjung Perak sendiri telah mempersiapkan diri guna menghadapi lonjakan hortikultura impor. Persiapan tersebut diantaranya menyiapkan lapangan penumpukan seluas 28,16 Hektar di TPS dengan kapasitas 27.749 Teu’s dan 5,15 Hektar di PT Berlian Jasa Terminal Indonesia (BJTI) dengan kapasitas 3.042 Teu’s.
"Kami juga menyiapkan 612 reefer plug di TPS dan 140 reefer plug di BJTI. Terkait dengan pemeriksaan keamanan produk itu menjadi kewenganan Balai Besar Karantina Pertanian, yang jelas mereka memiliki laboratorium pemeriksaan yang terletak di Terminal Nilam Pelabuhan Tanjung Perak," tambah Faris.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami