Bulog Diharapkan Mampu Lindungi Kedelai Petani
Sabtu, 08 September 2012
Jakarta: Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengharapkan revitalisasi Perum Bulog dapat membuat badan usaha milik negara (BUMN) pangan itu mampu memproteksi kedelai petani dalam negeri.
"Ini untuk meningkatkan gairah petani menanam kedelai. Sekarang belum ada kesepakatan (harga pembelian kedelai) tapi ketika membeli dengan harga Rp7.000, biasanya petani senang dengan harga segitu," kata Rusman Heriawan di sela-sela Seminar International Fertilizer Industry Association (IFA) di Jakarta, Jumat (7/9).
Penetapan harga kedelai ini, menurut Rusman, sebagai langkah tepat untuk meningkatkan ketertarikan petani dalam menanam komoditas bahan baku untuk memproduksi tahu dan tempe itu.
Rusman menegaskan, revitalisasi Bulog tetap berorientasi untuk melindungi kepentingan petani.
"Masalah kedelai itu kan masalah harga yang tidak menarik. Ketika panen harganya Rp4.500 bahkan jatuh hingga Rp3.000 per kilogram. Jika begitu, dari awal petani itu sudah siap rugi, bukan siap untung," katanya.
Dengan kebijakan harga yang ditetapkan pemerintah dan dilaksanakan oleh Perum Bulog, upaya peningkatan produksi kedelai lebih efektif. "Tidak usah kampanyelah, pokoknya melangkah dengan price policy yang bagus," ujar Rusman.
Dia menegaskan, revitalisasi Bulog yang ditujukan untuk mengamankan harga komoditi pangan ini harus selalu berjalan pada koridor untuk membela kepentingan petani.
Menyinggung upaya untuk mengamankan pasokan dalam negeri mantan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) itu menyatakan, salah satunya bisa melalui impor yang dilakukan oleh Bulog. Namun, menurut dia, anggaran operasi untuk pasokan komoditi pangan tersebut tidak selalu harus dari APBN.
"Bisa juga dengan subsidi silang, misalnya dari beras. Nanti dari situ, ada bentuk kewajiban seperti CSR atau apa," katanya.
Terkait keterlibatan pihak lain, Rusman menyatakan, peran swasta bisa membantu pasokan kedelai ke dalam negeri. "Ya selama ini kan memang swasta. Nanti jika swastanya dilarang, dan Bulog diberi 100 persen, tidak akan kuat," ujarnya.
Rusman mengatakan langkah ini merupakan dukungan untuk menuju swasembada kedelai. "Dalam road map dengan penetapan harga tersebut, kedelai akhirnya bisa swasembada," katanya.
Selain penetapan harga, Rusman juga mengupayakan permasalahan lain untuk peningkatan produksi pangan, yakni lahan. "Kalau lahannya sama, ketika petani bergairah menanam kedelai, tentu ada yang dikorbankan, misalnya jagung, padahal jagung juga sedang kita kejar (produksinya) kan," lanjutnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami