Batu: Petani di Kota Batu, Jawa Timur, mulai tidak
tertarik budidaya buah apel. Tanaman yang menjadi ikon kota tersebut
dianggap tidak menguntungkan lagi.
Penyebabnya, cuaca ekstrem ditandai meningkatnya suhu udara, kerusakan
lingkungan, serangan hama penyakit, dan tanaman apel sudah tua, sehingga
hasil panen tidak optimal.
Pengurus Kelompok Tani Bumijaya II, Desa Binangun, Kecamatan Bumiaji,
Kota Batu, Darmanto mengaku dominasi tanaman apel sudah digeser dengan
tanaman perkebunan lainnya, yakni mangga, durian, kelengkeng, dan
berbagai jenis kayu.
Bahkan, banyak petani mulai mencoba menanam tebu. Bagi petani desa
setempat, menanam tebu merupakan pilihan terakhir karena kebun yang
sebelumnya ditanami apel sudah tidak menghasilkan.
"Banyak petani membongkar lahan apel untuk diganti tebu. Umumnya tanaman
apel sudah berusia tua. Untuk kembali menanam apel, butuh waktu lima
tahun agar bisa panen," katanya Rabu (26/9).
Selain itu, biaya yang dikeluarkan untuk bertani apel tinggi, mencapai
Rp30 juta per hektare. Itu belum tentu menghasilkan buah seperti yang
diharapkan, mengingat suhu udara di Kota Batu semakin panas.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami