Jakarta: Seorang siswi asal Grobogan, Jawa Tengah,  terpilih mewakili anak-anak se-Asia Pasifik di Forum International Day  of The Girl di Markas Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), New York,  Amerika Serikat, 11 Oktober 2012. Forum itu bertujuan memperjuangkan  keadilan dan kesetaraan anak perempuan di dunia.
Adalah Nurul Indriyani (15), siswi kelas 1 Madrasah Aliyah Mamba’ul  Ulum, Kabupaten Grobogan, yang terpilih tampil dalam even resmi PBB  tersebut. Nurul mengawali langkah dengan menjadi Duta BIAAG (Because I  Am A Girl) Plan Indonesia.
"BIAAG merupakan kampanye global Plan untuk memberdayakan anak perempuan  di seluruh dunia. Setelah menjadi kandidat dari Indonesia, Nurul  berhasil unggul untuk mewakili anak-anak se-Asia Pasifik," kata Country  Director Plan Indonesia, Peter La Rauss, melalui siaran persnya.
Peter mengatakan, sebagai organisasi yang fokus pada upaya pemenuhan  hak-hak anak, Plan Indonesia berkepentingan mempromosikan hak-hak anak,  terutama anak perempuan. Di Indonesia, kampanye BIAAG diimplementasikan  dalam program Youth Economic Empowerment (Pemberdayaan Ekonomi untuk  Kaum Muda).
Pemerintah Indonesia mengapresiasi atas terpilihnya Nurul. Melalui  Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak,  pemerintah menyatakan dukungan keikutsertaan Nurul di forum  International Day of The Girl.
“Ini adalah kesempatan yang sangat baik, di mana anak Indonesia kembali  tampil di forum internasional. Saya berharap Nurul bisa menyemangati  anak-anak perempuan di Indonesia untuk terus menggali potensi terbaiknya  dan berkiprah di tingkat dunia,” kata Menteri Negara Pemberdayaan  Perempuan dan Perlindungan Anak, Linda Gumalear, saat menerima  perwakilan Plan Indonesia di kantornya di Jakarta, Rabu lalu.
Nurul adalah anak pertama dari pasangan Pujianto dan Siti Musa’adah,  warga Dusun Karang Sari Desa Padang, Kecamatan Tanggungharjo, Kabupaten  Grobogan, Jawa Tengah. Di usia yang masih belia, Nurul menaruh perhatian  besar terhadap anak perempuan di dusunnya.
Hal itu dilakukan Nurul karena melihat pengalaman ibunya. Ibu Nurul  menikah pada usia 15 tahun dan gagal menghadapi tuntutan ekonomi. Tak  ingin mewarisi pengalaman tersebut, Nurul bertekad terus sekolah dan  sering mendapat beasiswa.
Selain berprestasi di sekolah, Nurul aktif terlibat organisasi Persatuan  Pelajar Anak (PPA) Desa Padang, dan terpilih sebagai pengurus Forum  Anak Kabupaten Grobogan. Bersama Plan Indonesia Unit Grobogan, Nurul  aktif melakukan kampanye pencegahan pernikahan dini.
Keseriusan Nurul ditunjukkan dengan melakukan riset sederhana mengenai  masalah pernikahan dini. Ia melibatkan teman-teman sebayanya yang sudah  menikah sebagai responden. Hasilnya, 53 anak yang menikah di usia 13 -18  tahun mengalami putus sekolah.
“Hal yang menyedihkan adalah 3 dari 4 anak yang menikah muda itu   kesulitan mengasuh anak dan bergantung pada orangtuanya,” kata Nurul.
Kepedulian Nurul menunjukkan anak muda mampu bisa memberi kontribusi  terhadap lingkungan dan negara. Ia sekaligus membuktikan anak daerah  juga mampu mengembangkan diri, bahkan ke tingkat Internasional. Di forum  nanti, Nurul mewakili Indonesia dan Asia Pasifik untuk menyuarakan hak  anak perempuan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)


0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami