Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :

Menkeu Yakin Pertumbuhan Ekonomi 2013 Capai 6,8 persen

Kamis, 30 Agustus 2012

Jakarta: Menteri Keuangan Agus Martowardojo tetap menyakini pertumbuhan ekonomi pada 2013 dapat mencapai kisaran 6,8% walaupun target tersebut dirasakan terlalu tinggi akibat kondisi perekonomian global yang masih diliputi ketidakpastian.

"Pemerintah masih berkeyakinan kita masih bisa mencapai 6,8%," ujarnya seusai menghadiri rapat paripurna pandangan fraksi DPR RI terkait RAPBN 2013 di Jakarta, Rabu (29/8).


Menurut Menkeu, untuk mewujudkan target tersebut, pemerintah mengupayakan percepatan penyerapan anggaran serta mendorong keterlibatan BUMN dan swasta dalam pembangunan proyek yang tercantum dalam Masterplan Percepatan Pembangunan dan Perluasan Ekonomi Indonesia (MP3EI).

Selain itu, pemerintah akan memperbaiki iklim investasi dan membangun infrastruktur, meningkatkan industri hilirisasi, memberikan insentif kepada para pelaku usaha serta menaikkan batas penghasilan tidak kena pajak menjadi Rp24 juta per tahun yang dapat meningkatkan konsumsi masyarakat agar ekonomi makin tumbuh.

"Dengan demikian diharapkan 6,8 persen itu bisa kita capai," ujarnya optimis.

Namun, Menkeu memahami beberapa pandangan fraksi yang meragukan pemerintah dapat mencapai sasaran pertumbuhan tersebut dan hal itu membuat pemerintah akan berhati-hati dalam menentukan langkah ekonomi kedepan.

"Sekarang kalau seandainya bapak dan ibu di DPR melalui fraksi-fraksi banyak yang mengomentari supaya pertumbuhan itu jangan seoptimis 6,8 persen, itu kami dapat pahami," ujarnya.

Anggota DPR fraksi Partai Gerindra Fary Djemi Francis dalam pandangan fraksinya mengatakan pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan pemerintah dalam RAPBN 2013 terlalu tinggi di tengah ketidakpastian perekonomian dunia.

"Pertumbuhan ekonomi terlalu tinggi ditengah ekonomi dunia yang gonjang-ganjing. Melemahnya ekonomi China bakal berdampak pada Indonesia, mustahil Indonesia bisa mencapai pertumbuhan ekonomi 6,8 persen," ujarnya.

Djemi juga mengkritik tingginya target pertumbuhan ekonomi tersebut dengan kondisi saat ini yang tidak berbanding lurus dengan pengurangan angka kemiskinan dan tingkat pengangguran.

Anggota fraksi PDI-P Said Abdullah juga mengatakan asumsi pertumbuhan ekonomi 6,8 persen terlalu optimis karena bertentangan dengan kondisi

perekonomian global yang cenderung memburuk tahun depan.

"Asumsi tersebut merupakan asumsi yang optimis karena cukup bertentangan dengan gambaran kondisi ekonomi global yang berpotensi buruk. China dan India ekonominya melorot sehingga ketidakpastian ekonomi global masih tinggi," ujarnya.

Hal tersebut, lanjut dia, juga tidak didukung pembenahan dan pembangunan sarana infrastruktur yang memadai sehingga sangat sulit untuk mengejar target investasi tinggi yang diperlukan untuk mendorong

pertumbuhan.

"Sektor infrastruktur masih belum mendukung aktifitas ekonomi yang sangat gencar untuk mengejar ketertinggalan dari negara lain. Padahal perbaikan pelabuhan, jalan darat adalah kunci kesuksesan untuk menarik investasi," katanya.

Sementara, anggota fraksi PKS Ecky Awal Muharam mengatakan asumsi 6,8 persen merupakan target yang realistis asalkan pemerintah mendorong konsumsi domestik untuk mengantisipasi perlambatan ekspor.  

"Namun pertumbuhan ekonomi tidak bisa bergantung pada konsumsi masyarakat saja, karena akan cenderung bersifat jangka pendek dan tidak berkualitas, sehingga seharusnya sumber pertumbuhan dialihkan ke investasi yang lebih jangka panjang," katanya.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

 

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.