Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :

Syarat terjadinya kontak sosial

Jumat, 16 Maret 2012

Agar interaksi dapat berlangsung dibutuhkan dua syarat yaitu: adanya kontak sosial dan komunikasi. Pernahkan kalian mengunjungi sebuah candi dan pernahkan kalian memegang sebuah patung ? Ketika kalian memegang sebuah patung adakah reaksi balik dari patung tersebut ? Tentu tidak. Kontak dengan benda mati tidak dapat dikategorikan sebagai kontak sosial karena tidak mendapatkan reaksi dari benda-benda mati tersebut.
A. Interaksi Sosial
Bagaimana bila yang kalian pegang itu adalah hidung temanmu ? Apakah mereka hanya diam saja seperti bendabenda mati. Tentu saja tidak. Mereka akan memberikan reaksi terhadap tindakanmu. Teman yang kalian pegang hidungnya bisa saja akan marah dan menganggap sebagai bentuk penghinaan dan merupakan tantangan untuk berkelahi. Tindakan yang kalian lakukan dapat dikategorikan sebagai kontak sosial karena mendapatkan reaksi dari orang lain.
Jadi kontak sosial terjadi bila melibatkan antarmanusia dan antarmanusia tersebut saling memberikan aksi dan reaksi. Kontak sosial tidak dapat terjadi antara manusia dengan benda mati. Kontak sosial dapat berlangsung melalui dua bentuk, yaitu: kontak sosial secara langsung (face to face) dan secara tidak langsung (melalui media perantara).
Pernahkan kalian berjabat tangan dengan orang lain dan pernahkan kalian mengirim SMS, menelepon atau mengirim surat yang kalian tujukan kepada orang lain ? Tentu kalian semua pernah melakukannya. Berjabat tangan dengan orangtua, guru, dan teman merupakan contoh-contoh kontak sosial yang dilakukan secara langsung. Sedangkan mengirim SMS, menelepon dan berkirim surat merupakan contoh kontak sosial yang dilakukan secara tidak langsung karena menggunakan perantara. Pada zaman modern seperti sekarang orang menjalin kontak sosial dengan orang lain tidak harus dilakukan secara langsung (face to face), melainkan bisa memanfaatkan media sebagai perantara, seperti handphone, telepon rumah, surat, internet, telegram, bahkan orang.
Kontak sosial saja belum cukup untuk menjalin interaksi sosial dengan orang lain, masih dibutuhkan syarat lain yaitu: adanya komunikasi. Dalam menjalin kontak sosial diharapkan orang lain mengerti dan memahami pesan yang disampaikan. Agar orang lain mengerti dan memahami pesan yang disampaikan dibutuhkan apa yang disebut dengan komunikasi. Tanpa sadar ketika ditanya oleh orangtua, apakah kalian mau dimasakkan nasi goreng ? Kalian menjawabnya dengan anggukan kepala atau menggelengkan kepala. Pada masa kecil tentu kalian pernah menangis dan sampai sekarangpun tentu kalian pernah tertawa atau tersenyum. Kalian mungkin juga pernah menyaksikan orang mengepalkan tangan dengan wajah memerah yang diarahkan kepaga orang lain. Menganggukkan dan menggelengkan kepala, menangis, tertawa, tersenyum, dan mengepalkan tangan adalah contoh-contoh bahasa isyarat yang dikembangkan oleh manusia dalam melakukan komunikasi. Komunikasi dengan menggunakan bahasa-bahasa isyarat tersebut disebut dengan komunikasi nonverbal. Apakah dalam berkomunikasi, baik di rumah, sekolah, di luar rumah maupun di pasar, kalian hanya menggunakan bahasa-bahasa isyarat ? Tentunya tidak demikian. Dalam melakukan komunikasi kalian tentu tidak hanya menggunakan komunikasi nonverbal tersebut. Dalam komunikasi kalian juga menggunakan kata-kata, yang mengandung arti bersama dan bersifat standar. Komunikasi dengan menggunakan kata-kata ini disebut dengan komunikasi verbal.
B. Bentuk Bentuk Interaksi Sosial
Secara umum bentuk interaksi sosial dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bentuk interaksi sosial yang menghasilkan kerjasama (Asosiatif), dan bentuk interaksi sosial yang menghasilkan perpecahan (Disasosiatif)
1. Bentuk Interaksi Sosial yang Menghasilkan Kerjasama
a. Kerjasama
Kerjasama adalah bentuk utama proses interaksi sosial. Pada masyarakat pedesaan kerjasama sudah sangat mendarah daging. Hampir setiap pekerjaan besar umumnya dikerjakan secara bergotongroyong, seperti memperbaiki jalan, membuat rumah, memperbaiki bendungan, dan lain-lain. Pada masyarakat perkotaan pun masih ada juga bentuk kerjasama, misal menjaga keamanan wilayah, membersihkan lingkungan, membersihkan temapt ibadah, dan lain-lain.
b. Akomodasi
Akomodasi adalah proses penyesuaian sosial untuk meredakan pertentangan. Dalam akomodasi masing-masing kelompok yang betentangan berusaha berakomodasi menghilangkan gap atau jarak yang menjadi pangkal pertentangan. Contoh, dua kampung yang sebelumnya berseteru, kemudian mengadakan perdamaian.
c. Akulturasi
Akulturasi adalah proses sosial di mana suatu kebudayaan menerima unsur-unsur dari suatu kebudayaan lain tanpa menyebabkan hilangnya bentuk kepribadian sendiri. Contoh, arsitektur candi di Indonesia pada dasarnya adalah bentuk punden berundak yang merupakan budaya asli Indonesia. Kenduri, upacara selamatan kematian dan lain-lain juga merupakan bentuk akulturasi antara Hindu dan Islam.
2. Bentuk interaksi sosial yang menghasilkan perpecahan.
a. Persaingan
Persaingan adalah bentuk usaha yang dilakukan agar memperoleh kemenangan atau hasil yang lebih tanpa menimbulkan benturan fi sik. Bentuknya, misal persaingan usaha, persaingan untuk menjadi kepala desa, kepala daerah, menjadi presiden. Secara garis besar, persaingan dibedakan antara persaingan sehat dengan persaingan tidak sehat. Contoh persaingan sehat adalah persaingan mendapatkan prestasi atau rangking tertinggi di kelasnya. Sedangkan contoh persaingan tidak sehat adalah menghalalkan segala cara untuk mendapatkan kemenangan. Nah, kalian coba mencari contoh bentuk persaingan sehat dan tidak sehat yang lain.
b. Kontroversi
Kontroversi merupakan bentuk interaksi sosial yang berada di antara persaingan dan konflik. Wujudnya antara lain, rasa tidak senang, kebencian.
c. Konflik
Konflik adalah interaksi sosial akibat adanya perbedaan paham dan kepentingan yang mendasar, sehingga menimbulkan jarak yang tas di antara mereka yang berkonfl ik. Mereka yang berkonflik umumnya melakukan sesuatu yang tidak wajar bahkan saling menjatuhkan. Perebutan wilayah antar negara juga dapat dikategorikan dalam konflik.
C. Sosialisasi
Kalian masih ingat, sejak kecil hingga sekarang pun kita diajari oleh orangtua kita tentang perilaku yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, yang baik dan yang buruk, yang sopan dan yang tidak sopan, hak dan kewajiban, dan sebagainya. Kalian mungkin juga pernah mengajari adik-adikmu bila menerima sesuatu pemberian dari orang lain tidak boleh menggunakan tangan kiri dan harus menggunakan tangan kanan. Adikmu juga harus mengucapkan terima kasih kepada orang tersebut. Di rumah orangtua selalu mengajarkan kepada kalian bahwa kalian harus menghormati orang yang lebih tua, sebelum makan harus mencuci tangan dan berdoa terlebih dahulu, bila bertamu ke rumah teman harus mengucapkan salam, tidak boleh mengambil barang milik orang lain tanpa ijin, dan sebagainya.
Di sekolah kalian diajari oleh guru untuk mentaati semua peraturan sekolah, untuk mengucapkan salam kepada setiap guru, harus berbakti kepada orangtua, menghormati guru, berdoa sebelum dan setelah pelajaran, dan sebagainya. Guru memberi hukuman kepada kalian bila datang terlambat, tidak mengerjakan pekerjaan rumah, tidak tertib selama mengikuti pelajaran, dan sebagainya. Guru di sekolah mengajak kepada kalian semua untuk menjadi anak yang pandai, taat dan patuh, sopan dan santun, hormat kepada orangtua dan guru.
Di lingkungan masyarakat kalian diharapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Di lingkungan masyarakat kalian tidak diperbolehkan minum-minuman keras, mengkonsumsi obat-obatan terlarang, ngebut, berkelahi, dan sebagainya. Sebaliknya kalian diharapkan hidup rukun, saling tolong menolong, saling menghormati, gotong royong, dan sebagainya. Dari bacaan di atas, apa yang dapat kalian simpulkan ? Apa yang diajarkan oleh orangtua, kakak, guru, teman, dan masyarakat kepada kalian, dan proses belajar yang kalian lakukan sendiri tidak lain agar kalian menjadi anggota keluarga, siswa, teman, dan anggota masyarakat yang baik. Orang yang baik adalah orang yang berperilaku sesuai
dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat itu. Orang menghidari dan menjahui apa yang menjadi larangan dari masyarakat. Bila semua orang baik maka akan tercipta masyarakat yang tertib. Ketertiban masyarakat tidak lahir dari proses yang bersifat kodrati atau bersifat alamiah, melainkan lahir melalui proses belajar. Proses belajar seperti itu berlangsung secara terus menerus sepanjang hayat dan
sepanjang masyarakat itu masih ada. Proses belajar seperti itulah yang dalam sosiologi disebut dengan sosialisasi. Melalui sosialisasi individuindividu masyarakat belajar mengetahui dan memahami perilaku apakah yang boleh dilakukan dan perilaku apakah yang tidak boleh dilakukan dalam masyarakat.
Proses pembelajaran yang diberikan oleh lingkunagn keluarga , sekolah, dan masyarakat kepada individu, dan proses belajar peran yang dilakukan secara perorangan seperti digambarkan di atas disebut dengan sosialisasi . Melalui sosialisasi anggota masyarakat akan saling mengetahui peranan masing-masing dalam masayarakat, dan karena itu anggota masayarakat dapat berperilaku sesuai dengan peranan sosial masing-masing itu, tepat sesuai yang diharapkan oleh norma-norma sosial yang ada. Selanjutnya antar anggota masyarakat dapat saling menyerasikan dan menyesuaikan perilakunya ketika melakukan interaksi sosial . Bila demikian, apa sebenarnya yang dimaksudkan dengan sosialisasi ? Sosialisasi adalah suatu proses belajar yang seseorang menghayati (internalisasi) norma-norma sosial di mana ia hidup sehingga menjadi individu yang baik. Atau sosialisasi adalah suatu proses mempelajari kebiasaan dan tata kelakukan untuk menjadi
bagian dari suatu masyarakat.
D. Sosialisasi dan Pembentukan Kepribadian
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

 

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.