Kendari: Kepala Dinas Budaya dan
Pariwisata (Disbudpar) Sulawesi Tenggara (Sultra) Zainal Kudus
mengatakan, keberadaan bahasa lokal atau bahasa daerah di Sultra
terancam punah.
Ia mengatakan, bahasa lokal adalah salah satu unsur budaya yang paling banyak jenisnya di Sultra.
"Sayangnya, bahasa lokal ini sudah mulai kurang orang yang menggunakannya dalam sehari-hari, baik dalam pergaulan di rumah maupun ditempat umum," katanya, Sabtu (15/9).
Ia mengatakan, khusus di daerah perkotaan, keluarga lebih cenderung menggunakan bahasa Indonesia dari pada menggunakan bahasa daerah masing-masing.
Zainal menjelaskan, perkembangan zaman membuat orang cenderung melupakan
bahasa daerahnya. Bahkan budaya pun ikut terkikis oleh budaya asing
atau budaya luar.
"Kedepannya kita akan lebih fokus untuk pelestarian bahasa lokal atau
bahas daerah ini. Caranya harus bekerjasama dengan berbagai pihak yang
berkompoten, seperti dinas Pendidikan, kantor bahasa dan lain-lain,"
ujarnya.
Di Sultra, kata Zainal, terdapat bahasa lokal yang ruang lingkupnya
kecil. Sedangkan lima bahasa lokal yang memiliki komunitas besar yakni
Bahasa Tolaki, Bahasa Buton, Bahasa Muna, Bahasa Moronene, dan Bahasa
Mekongga.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar
Terimakasih telah berkomentar di website kami