Iklan

Iklan
Advertorial
News Update :

Pertempuran di Surabaya

Selasa, 14 Februari 2012

Kontak senjata yang terjadi di Surabaya antara
pasukan Indonesia dan pasukan Sekutu berkaitan
dengan usaha perebutan kekuasaan dan senjata da-
ri tangan Jepang yang dimulai sejak tanggal 2 Sep-
tember 1945. Perebutan t ersebut membangkitkan
pergolakan, yang kemudian berubah menjadi revo-
lusi yang konfrontatif.
Pada tanggal 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang
dipimpinan Brigjen A.W.S. Mallaby mendarat di
Surabaya. Mereka bertugas untuk melucuti serdadu Jepang dan membebaskan para interniran. Ke-
datangan Mallaby disambut oleh  R.M.T.A. Suryo
(Gubernur Jawa Timur). Dalam pertemuan itu di-
hasilkan beberapa kesepakatan sebagai berikut.
� Inggris berjanji bahwa di antara tentara Ing-
gris tidak terdapat angkatan perang Belanda.
� Disetujui kerja sama antara kedua belah pihak
untuk menjamin keamanan dan ketenteraman.
� Akan segera dibentuk  Contact Bureau (Biro Kon-
tak) agar kerja sama dapat terlaksana sebaik-
baiknya.
� Inggris hanya akan melucuti senjata Jepang.
Atas kesepakatan tersebut, maka Inggris diizin-
kan masuk kota Surabaya. Ternyata dalam praktik-
nya, Inggris tidak menepati janjinya. Pasukan Ing-
gris justru berusaha menguasai Surabaya.
Secara kronologis serangan Inggris terhadap
Indonesia, antara lain sebagai berikut.
� Tanggal 26 Oktober 1945, satu peleton  Field Secu-
rity Section di bawah pimpinan  Kapten Shaw
menyerang sebuah penjara di Kalisosok dan
juga pusat-pusat penting lainnya, seperti pang-
kalan udara, kantor pos, dan gedung pemerin-
tahan.
� Tanggal 27 Oktober 1945, pasukan Inggris me-
nyebarkan pamflet-pamflet yang berisi perin-
tah, agar rakyat Surabaya dan Jawa Timur me-
nyerahkan senjata hasil rampasan dari Jepang.
Dengan kejadian ini maka p ihak Indonesia
menginstruksikan kepada semua pemuda un-
tuk siap siaga penuh menghadapi segala ke-
mungkinan yang akan terjadi. Akhirnya terjadi
juga kontak senjata antara pemuda Indonesia
dan Inggris. Semua pemuda di seluruh kota me-
nyerang Inggris dengan segala kemampuan.
� Tanggal 28 Oktober 1945, pemuda Indonesia me-
nyerang pos-pos Sekutu di seluruh Surabaya.
� Pada tanggal 29 Oktober 1945, komando Sekutu
menghubungi Presiden Soekarno untuk me-
nyelamatkan pasukan Inggris agar tidak me-
ngalami kehancuran total. Presiden Soekarno
dan Jenderal Mallaby mengadakan perunding-
an. Pertemuan itu menghasilkan dua kesepa-
katan, yaitu penghentian kontak senjata dan
keberadaan RI diakui oleh Inggris.
Cara menghindari kontak senjata diatur seba-
gai berikut.
- Surat-surat selebaran yang d isebarkan ti-
dak berlaku lagi.
- Kota Surabaya tidak dijaga oleh tentara Se-
kutu kecuali kamp-kamp tawanan.
- TKR dan Polisi diakui oleh Sekutu.
- Tanjung Perak untuk sementara waktu dia-
wasi bersama TKR, Polisi, dan tentara Seku-
tu untuk menyelesaikan penerimaan ban-
tuan berupa obat-obatan untuk tawanan
perang.
� Tanggal 30 Oktober 1945, seluruh Biro Kontak
menuju ke beberapa tempat.
� Gencatan senjata tidak dihormati Sekutu. Da-
lam salah satu insiden yang belum pernah ter-
ungkap secara jelas, Brigjen Mallaby ditemu-
kan meninggal.
� Tanggal 9 Nov ember 1945, pimpinan tentara
Sekutu di Surabaya mengeluarkan ultimatum
kepada rakyat. Ultimatum dari pasukan Seku-
tu tersebut pada pokoknya berisi:
- tuntutan pertanggungjawaban pihak Indo-
nesia atas t erbunuhnya Mallaby
- instruksi yang menuntut agar semua pe-
mimpin dan orang-orang Indonesia yang
bersenjata harus melapor . Mereka harus
meletakkan senjatanya di tempat-tempat
yang telah ditentukan
- mereka harus menyerahkan diri dengan
mengangkat tangan di atas.
Batas waktu ultimatum tersebut ialah jam
06.00 tanggal 10 November 1945.
� Ultimatum tersebut ditolak oleh para pemim-
pin dan rakyat Surabaya.
� Batas ultimatum akhirnya habis. Maka pecah
pertempuran hebat antara pasukan Indonesia
dan Inggris. Pertempuran sengit terjadi pada
tanggal 10 November 1945. Pasukan Inggris
yang dilengkapi dengan peralatan perang cang-
gih menggempur para pejuang Indonesia.
� Dalam pertempuran tidak seimbang yang ber-
langsung sampai awal bulan Desembe r 1945
itu telah gugur beribu-ribu pejuang.
Salah satu tokoh dan pemimpin perjuangan
rakyat Surabaya adalah  Bung Tomo. Dalam per-
tempuran yang tidak seimbang, Bung Tomo terus
mengobarkan semangat rakyat supaya terus maju,
pantang mundur.
Peristiwa di Surabaya merupakan gambaran
keberanian dan kebulatan tekad bangsa Indonesia
untuk membela tanah air dan kemerdekaan. Seka-
rang peristiwa 10 November diabadikan sebagai
Hari Pahlawan dan Tugu Pahlawan di tengah Kota
Surabaya melambangkan keberanian dan sema-
ngat juang bangsa Indonesia.
Share this Article on :

0 komentar:

Posting Komentar

Terimakasih telah berkomentar di website kami

 

© Copyright Berita Lamongan Terkini 2010 -2011 | Design by Kabarlamongan.com | Published by Nirwana Digital Print | Powered by Blogger.com.